UtusanIndo.com,(Padang)- Wakil ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Sumatera Barat mengatakan, corona Virus Disease 19 (Covid 19) Pandemi telah merobah kebiasaan-kebiasaan-keseharian banyak masyarakat baik di kota-kota besar maupun dipelosok terpencil. Pembatasan kontak orang per orang, seperti bersalaman, berkumpul dengan sanak family atau rekan kerja yang biasa dianggap normal diharuskan menjaga jarak Physical Distancing.
“Dampak Pandemi, mengakibatkan orang bekerja dengan memakai “remote” atau bekerja dirumah (Working From Home) agar penyebaran virus bisa berkurang yang tidak mudah bagi seorang notaris berinteraksi dengan kliennya melalui fasilitas Work From Home (WFH), rumah makan “kaki lima” yang harus memperlebar ruangannya untuk meja makan, sekolah yang biasanya menampung 30 siswa ruangannya akan dobel, dst, untuk menyesuaikan Physical Distancing,” ujar Sam Salam dalam keterangan tertulis kepada utusan indo com, di Padang,Jumat, 28 Mei 2020.
Menurut Sam Salam, walaupun pemerintah telah mengambil kebijakan PSBB di berbagai daerah, kurang mampu meredam “si Corona” yang terus hilir mudik memakan korban, dan sulit terbendung, mengakibatkan terjadi Healthy Shock.
“Setelah membuat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pemerintah membuat kebijakan lanjutan untuk menjalankan New Normal Kesehatan. Hal ini sesuai dengan anjuran World Health Organisation (WHO), dianggap dapat memperkecil resiko dampak Covid 19,” ujar Sam Salam.
Lanjut Sam Salam, memang di di beberapa Negara, beberapa puluh tahun lalu pernah melakukan New Normal dalam menghadapi krisis ekonomi, krisis tenaga kerja dan lain sebagainya yang sifatnya hanya sementara sampai sesuatu itu pulih kembali.
“Kebijakan untuk menjalankan New Normal Kesehatan jelas bukan tanpa resiko. Kesiapan masyarakat untuk menghadapi diperlukan waktu untuk beradaptasi,” ujarnya.
Ditambahkan Sam Salam, dalam Pelaksanaan PSBB saat ini ada 3 hal indikasi permasalahan bahwa masih banyak masyarakat yang “gagap Disiplin”, “gagap Komunikasi” dan “gagap Teknologi”.
“Ketiga hal tersebut menghambat proses pelaksanaan PSBB di berbagai wilayah. Sangat diperlukan memperbaiki ketiga hal tersebut diatas dalam mengsukseskan New Normal, yang jelas akan memakan waktu,” kata Sam Salam yang juga merupakan MPO Pemuda Pancasila Sumbar ini.
Dikatakan Sam Salam, disamping itu Kebijakan pelaksanaan New Normal Kesehatan akan berdampak pada perilaku dunia usaha Sumatera Barat yang sekaligus akan menjalankan New Normal Ekonomi. Kebiasaan-kebiasaan transaksi bisnis yang dijalankan melalui kontak person to person langsung, akan sulit dilakukan.
“Bisnis akan berjalan tidak seperti sebelum Covid-19 karena harus ada penyesuaian-penyesuaian, seperti physical distancing, kita harus pakai masker, rajin cuci tangan, hand-sanitizer, hal hal itu harus diterapkan penuh dan total oleh dunia usaha. Oleh sebab itu dunia usaha harus melakukan adaptasi, inovasi, dan berkreativitas,” ujar Sam Salam.
Dijelaskan Sam Salam, disamping itu Kabupaten/kota di Sumatera Barat beda-beda statusnya. Ada kabupaten/kota yang memang sudah siap tapi ada juga yang butuh waktu lebih panjang untuk memasuki new normal.
“Yang lebih penting adalah evaluasi dari kebijakan ini secara berkala oleh pembuat kebijakan dan dilakukan penyempurnaan sehingga apakah New Normal perlu diperlebar lagi.New Normal Kesehatan akan terhenti apabila “vaksin” untuk Covid 19 ini sudah tersedia dan kehidupan ini akan dilanjutkan dengan New Normal,” ujar Salam mengakhiri sembari tersenyum. (Rel/chan)
Discussion about this post