MAKLUMATNEWS.NET,(PURWAKARTA)- Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi menyatakan, saat ini pihaknya berkonsentrasi membangun 15.000 rumah rakyat miskin. Saat ini, hanya program tersebut yang menjadi pekerjaan rumah Pemkab Purwakarta.
Dedi mengatakan, pihaknya telah nyaris merampungkan seluruh program pembangunan yang direncanakan. Meski dengan anggaran tak lebih dari Rp 2 triliun atau relatif kecil dibanding kota dan kabupaten lainnya di Jawa Barat, saat ini pembangunan infrastruktur Purwakarta telah menyentuh hingga ke desa-desa. Nyaris tidak ada lagi jalan atau gedung sekolah yang rusak di Purwakarta.
Para pelajar mendapat asupan tambahan gizi dengan susu dan telur. Pelayanan kesehatan gratis tak memandang status sosial. Demikian juga dengan ambulan dan dokter yang siaga setiap saat untuk melayani masyarakat melalui sistem online. Gaji Ketua RT di Purwakarta pun mencapai Rp 700.000.
“Kita anggaran paling kecil di Jabar, tapi mohon maaf pembangunan kami mengalahkan yang (anggarannya) Rp 6 triliun. Infrastruktur kami sudah selesai sampai desa, tidak ada jalan yang bolong Insya Allah sebentar lagi, anak murid dikasih minum susu, makan telor. Gaji RT kami Rp 700.000 dan tahun depan menjadi Rp 1 juta, tukang sapu kami digaji tinggi-tinggi, kami bisa bangun fasilitas publik di berbagai tempat. Orang yang sakit kami covering seluruh rakyat, kaya dan miskin. Ambulannya on call pakai sistem, dokter online kami sudah siap dalam setiap saat. Pemerintah tanpa batas melindungi dan melayani publiknya kalau membutuhkan dan tidak bicara lagi uang,” papar Dedi kepada SP, Senin (8/8).
Untuk itu, Dedi mengatakan saat ini pihaknya fokus merampungkan program pembangunan rakyat miskin. Dedi optimistis dengan sisa masa jabatan sekitar satu tahun lagi, pihaknya mampu membangun 15.000 rumah rakyat miskin.
“Kami tinggal bangun 15.000 rumah rakyat miskin. Saya tinggal satu tahun lagi kan tahun depan. Programnya hanya satu itu bangun 15.000 rumah rakyat miskin karena listrik kita sudah 100 persen,” kata Dedi yang kerap mengenakan pangsi dan iket khas Sunda ini.
Dedi meyakini program pembangunan infrastruktur yang digarapnya selama ini setidaknya mampu bertahan hingga 10 tahun mendatang. Dengan demikian, kata Dedi, bupati yang menggantikannya kelak hanya menjalankan sistem yang telah berjalan.
Dedi berharap, anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk program pembangunan infrastruktur dapat dialihkan dengan menginvestasikannya ke daerah lain atau bahkan negara lain.
“Bupati ke depan tinggal investasi. Ya uang ada. Itu saja cita-cita saya. Seperti Tiongkok atau Amerika. Uang ada tinggal dia investasi untuk kas negara ke depan. Sehingga negara memiliki sumber-sumber pendapatan tidak hanya mengandalkan pendapatan di negaranya. Negara lain sudah melakukan itu. Pendapatan negaranya sudah bisa didapat dari negara lain,” harapnya.
suarapembaruan
Discussion about this post