UtusanIndo.com,(Jakarta)- Wakil Ketua DPR RI bidang Korpolkam, Azis Syamsuddin mengatakan, pihaknya mengajak Wakil Ketua DPR RI bidang Korpolkam, Azis Syamsuddin PUIC memanfaatkan pertemuan di Burkina Faso ini sebagai momentum parlemen negara-negara Muslim untuk terus menyalakan optimisme dan harapan, mengokohkan persepsi bahwa rekonsiliasi damai adalah kunci.
Pihaknya merasa sangat terpukul oleh insiden rangkaian serangan terorisme yang kembali terjadi di Burkina Faso baru-baru ini, yang menewaskan antara lain anak-anak.
Azis mengutarakan hal tersebut dalam Sidang The 15th Session of The PUIC Conference, di The International Conference Center Ouaga 2000, Ouagadougou, Burkina Faso, Afrika Barat, Selasa (28/1/2020).
“Insiden tersebut tidak diragukan lagi sangat bertolak belakang dengan Islam dan kemanusiaan. Kita semua sudah seharusnya mengutuk keras serangan tak bermoral tersebut. Sekaligus juga menegaskan bahwa terorisme masih sebagai salah satu ‘pekerjaan rumah’ terbesar kita. Saya mendesak kontribusi konkrit parlemen melawan terorisme dan ekstremisme dengan merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat,” kata Azis.
Di hadapan Delegasi Parlemen dari 54 Negara yang hadir, Azis meminta PUIC terus berkomitmen untuk meyakinkan masyarakat global bahwa berbagai aksi terorisme, dengan korban masyarakat sipil adalah sangat ditentang Islam.
“Mengidentikkan Islam dengan terorisme adalah kekeliruan fatal,” kata Azis.
PUIC, lanjut Azis, harus terus memberdayakan parlemen-parlemen negara Muslim memformulasikan solusi-solusi cerdas anti-terorisme.
Parlemen dituntut meramu solusi-solusi yang ditawarkan para pemangku kepentingan terutama para pakar dan institusi akademik. Satu hal yang pasti bahwa terorisme membutuhkan motif ideologi untuk membenarkan tindakan para pelaku terorisme.
Kendati demikian, akar terorisme tidak tunggal. Namun sejumlah kajian dan studi pakar terorisme menunjukkan bahwa akar utama lahirnya terorisme adalah ketidakadilan ekonomi, sosial dan politik.
“Parlemen dituntut berkontribusi nyata dalam mewujudkan keadilan sosial, kebebasan hak asasi manusia, dan kesejahteraan di level nasional, kawasan, dan global,” kata Azis.
Azis menyampaikan, Muslim global adalah 22 persen populasi dunia dan memiliki pemerintahan di 57 negara. Namun tak satu pun negara Muslim memegang hak veto di PBB.
“Suara Muslim global seperti tidak terwakili secara utuh di institusi multilateral pemerintah global tersebut,” kata Azis.
Keprihatinan sangat mendalam juga terhadap masyarakat Muslim global masih mengalami penindasan, tekanan, dan diskriminasi, utamanya Palestina dan Uygur, terutama masalah pengungsi yang jadi masalah besar dunia Islam.
Dalam kesempatan itu, Azis mengatakan, lebih dari tujuh dekade penindasan bangsa Palestina belum menunjukkan penyelesaian yang positif.
Bahkan, pemenuhan hak-hak dasar bangsa Palestina semakin jauh dari yang diharapkan terlebih usai Donald Trump mengumumkan proposal terbarunya yang sangat merugikan Palestina.
“Dalam konteks tersebut, diperlukan tindakan paling keras oleh masyarakat global atas Israel untuk mematuhi dan tunduk kepada norma juga hukum internasional terkait. Jika diperlukan, Israel harus ditekan secara politik, ekonomi, dan sosial,” kata Azis.
Sementara terkait Muslim etnis minoritas Uyghur di Xinjiang, dirinya mengapresiasi anggota PUIC atas adopsi draf resolusi usulan Parlemen Indonesia terkait Muslim Uyghur tahun lalu di Rabat Maroko.
yang mana, resolusi tersebut menolak keras dugaan pelanggaran HAM oleh Pemerintah Cina yang ditengarai menahan sekitar satu juta Muslim Uyghur secara ilegal.
“Paling penting juga implementasi dari resolusi tersebut, yaitu pembentukan Komisi Pencari Fakta (Fact Finding Committee) PUIC untuk secara langsung berkunjung ke Xinjiang menggali informasi secara obyektif dan berimbang.”
Melalui wadah PUIC, Azis berharap parlemen-parlemen negara Muslim harus memainkan peran besar memajukan masyarakat Muslim dunia melalui implementasi semua keputusan PUIC termasuk resolusi-resolusinya.
“Parlemen harus menjadi motor resolusi politik yang damai dan konstruktif, pendorong kesejahteraan dan stabilitas,” kata Azis.(telusur)
Discussion about this post