UTUSANINDO.COM,(PADANG) – Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit, menegaskan akan tetap menegakkan perintah agama walau hal tersebut dianggap tidak demokratis oleh sejumlah pihak.
Hal ini ia utarakan sebagai tanggapan atas hasil penelitian sebuah lembaga survey beberapa waktu lalu yang menyimpulkan Sumatera Barat sebagai provinsi paling tak demokratis di Indonesia.
“Predikat tidak demokratis bagi Provinsi Sumatera Barat disimpulkan berdasarkan penilaian-penilaian terhadap sejumlah variabel. Salah satu variabel yang cukup memberikan pengaruh signifikan terhadap penilaian lembaga tersebut”, Ujar Nasrul Abit dalam paparannya saat sebagai keynote speaker pada acara Bakohumas se Sumbar di Auditorium Gubernuran, Selasa,(24/10/2017).
Menurut Wagub, yakni, pernyataan keras Nasrul Abit sendiri yang diberitakan di beberapa media massa awal hingga medio 2016 lalu menyangkut komunitas dan pendukung Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (LGBT).
“Indeks Demokrasi kita rendah, padahal keberagaman beragama kita bagus, tidak ada yang dihambat kalau mau melaksanakan ibadah agamanya. Lalu di mana letak tidak demokratisnya?Ternyata pernyataan saya di media-media tentang LGBT. Pernyataan saya itu dianggap melanggar prinsip demokrasi di mana saya berarti membatasi hak asasi orang lain,” ungkapnya.
Dalam pernyataannya tersebut, Nasrul Abit menegaskan agar komunitas LGBT atau individu yang orientasi seksualnya terkategori sebagai perilaku LGBT, jika tidak mau direhabilitasi, untuk segera angkat kaki dari Sumatera Barat.
Pernyataan kerasnya ini, kata Nasrul Abit, tidak lain didasarkan pada ajaran agama Islam yang menggariskan bahwa hubungan sejenis bukan fitrah manusia.
Dengan hal seperti itu, perilaku demikian serta-merta tak sejalan dengan adat Minangkabau yang adatnya bersendi pada hukum yang didasarkan pada al-Quran. Di samping bertentangan dengan dogma dan norma sebagaimana yang ia jabarkan,
Nasrul Abit juga mengungkapkan bahwa perilaku dan gaya hidup pelaku hubungan sesama jenis rentan dengan penularan penyakit seksual khususnya HIV/AIDS.
“Saya nyatakan itu karena memang (LGBT) bertentangan dengan fitrah kita. Bertentangan dengan adat kita. Lagipula, LGBT itu adalah awal dari banyak penyakit, apa akan kita biarkan?” tegasnya.
Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, Nasrul Abit sekali lagi menegaskan ia akan tetap bersikukuh dengan pernyataan terkait LGBT yang dulu pernah ia lontarkan. Termasuk adanya persyaratan tertentu untuk siswa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
“Jadi biarlah, saya akan tetap bertahan. Ini prinsip, walau dianggap tidak demokratis. Termasuk dengan adanya aturan di berbagai daerah yang mensyaratkan masuk sekolah ke jenjang lebih tinggi ada syarat bisa mengajì, bisa sholat jenazah dan lain-lain. Nah hal ini dianggap melanggar prinsip-prinsip demokrasi” pungkasnya.(rel)
Discussion about this post