UTUSANIndo.com – Ramadan memberikan tantangan tersendiri bagi para orangtua untuk melatih anak-anaknya berpuasa. Berpuasa di Bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Islam sehingga pembiasaan berpuasa harus dilakukan sejak ini. Hal ini penting agar nantinya anak tidak kaget saat memasuki usia baligh yang diwajibkan untuk berpuasa, seperti yang di sampaikan Nanda Ira Noviati saat ditemui Sabtu, (10/6/2017).
Menurut Founder “Komunitas Orangtualogy” yang sering dipanggil Ira, bahwa mengajari anak berpuasa merupakan salah satu kewajiban parenting yang harus dilakukan orangtua. Sebab, parenting merupakan suatu rangkaian yang dimulai dari masa kehamilan, proses persalinan, pentingnya ASI, kesehatan anak dan keluarga, makanan sehat untuk buah hati, serta berbagai upaya untuk membangun lingkungan keluarga yang ramah terhadap tumbuh kembang anak.
“Sebagai orang tua tentunya kita harus ajarkan hal yang baik kepada anak. Baik dalam hal pendidikan akademik untuk massa depan dunianya, dan tak kalah penting juga pendidikan agama sebagai bekal akhiratnya kelak,” tutur Ira.
Lalu bagaimana cara jitu dalam mengajari anak berpuasa? Mengingat biasanya anak-anak akan terpengaruh ketika melihat teman-teman yang tidak berpuasa. Selain itu, anak-anak juga mudah tergoda hanya dengan melihat makanan atau jajanan. Sebab itu, Ira sendiri memiliki tips dan trik khusus untuk dalam mengajari anak berpuasa.
Ira menjelaskan bahwa sejak usia dini, anak bisa berkenalan dengan puasa Ramadhan. Ada dua target untuk membimbing anak berpuasa. Pertama, fase pengenalan ibadah puasa. Pada fase pengenalan puasa, orang tua bisa memberikan pandangan ke anak bahwa puasa merupakan ibadah wajib bagi seluruh umat muslim di dunia. Kedua, fase bagi si kecil mulai belajar berpuasa. Waktunya ketika anak berusia sekitar 5 hingga 6 tahun. Usia itu dinilai aman bagi anak berpuasa.
“Hal yang harus di garisbawahi, orang tua tidak boleh memaksa anak untuk berpuasa. Misalnya apabila setelah 4 jam berpuasa si kecil merasa sangat kehausan, ia boleh berbuka dan kemudian melanjutkan kembali. Kemudian, orangtua disarankan menciptakan suasana dan lingkungan yang menyenangkan, serta memberikan nutrisi yang seimbang saat sahur dan berbuka bagi si kecil.” Tambah Ira.
Dari sisi psikologi, Psikolog Arum Sukma Kinasih,M.Psi., juga mengatakan bahwa cara mengajarkan puasa kepada anak-anak baiknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan usianya. Lebih jelas lagi, perempuan yang akrab dipanggil Arum ini, menjelaskan cara melatih melatih anak berpuasa harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan religi dan spiritual yang dialami anak.
Menurut Arum, pembelajaran diawal dengan tahap pertama yaitu usia 0-2 tahun, tahapan mengamati lingkungan sekitar. Anak usia 0-2 tahun bisa dilatih berpuasa lewat melihat orang terdekatnya berpuasa. Pastikan bahwa anak menerima rekaman positif tentang puasa dari melihat ekspresi wajah, perilaku ortu yang bahagia, penuh semangat ketika menjalankan puasa. Anak juga bisa diajak ketika sahur, tadarus, tarawih dan ibadah-ibadah lainnya.
Tahap kedua yaitu usia PAUD, tahapan mengamati intuitif dan proyektif. Anak usia PAUD mengembangkan keimanan lewat imajinasi dan meniru perilaku orang di sekitarnya. Untuk anak usia PAUD bisa dilatih puasa lewat dongeng dan buku cerita yang mengajarkan puasa. Orangtua juga bisa melibatkan anak untuk sahur sambil ikut menyiapkan menu buka puasa, menyiapkan perlengkapan ibadah dan lain-lain.
Tahap ketiga yaitu usia 4-5 tahun, anak pada usia sedang berada di tahap perkembangan bahasa yang pesat dan semakin kritis. Ini adalah masa yang tepat bagi anak-anak untuk dapat diajak ngobrol, diskusi tentang berpuasa serta mulai praktek berpuasa. Anak-anak juga boleh ikut berpuasa setengah hari.
“Untuk memberikan hadiah atau imbalan menurut saya disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut di keluarga masing-masing. Poin yang diutamakan ke anak adalah jadikan puasa sebagai momen yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu,” imbuh Arum.
Arum juga memiliki cara jitu lainnya agar anak semakin tertarik menjalani puasa yaitu kreasi menyambut Bulan Ramadan. Contohnya dengan buat ketrampilan bersama dengan ayah, ibu, dan semua anggota keluarga lainnya untuk membuat kreasi dari kertas krep dan balon bertuliskan Marhaban Ya Ramadhan, atau membuat kreasi celengan sadaqah dari kertas, dan menuliskan kata-kata menggunakan kertas warna-warni yang menyemangati seluruh keluarga.
Arum dan Ira sama-sama berharap agar semakin banyak orang tua yang sadar bahwa merekalah yang menjadi tauladan lebih dulu dan harus memberikan contoh yang baik dengan berpuasa di bulan Ramadan. Hal ini berkaitan dengan pola belajar anak yang cenderung mencontoh perilaku kedua orang tuanya.(CDN)
Discussion about this post