UTUSANINDO.COM,(JAKARTA)- Indonesia untuk pertama kalinya mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA) yang berlangsung di Jakarta Convention Center pada 5-7 Maret 2017. Konferensi Tingkat Tinggi IORA 2017 yang dihadiri sejumlah kepala negara dari 21 negara anggota serta 7 negara mitra wicara tersebut akan dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo juga akan hadir untuk membuka IORA Business Summit dan pameran IORA Trade Exhibition. Selanjutnya Presiden dijadwalkan akan menjamu para tamu undangan acara welcoming dinner. Dalam acara jamuan makan malam tersebut, masakan khas nusantara kebanggan Indonesia akan disajikan dengan penampilan pagelaran kesenian (art performance).
Penyelenggaraan IORA Summit 2017 yang mengangkat tema “Strengthening Maritime Cooperation for Peaceful, Stable & Prosperous Indian Ocean” merupakan KTT pertama sebagai perayaan 20 tahun IORA di bawah keketuaan Indonesia selama periode 2015-2017. KTT membahas sejumlah isu prioritas antara lain; masalah keamanan dan keselamatan maritime; fasilitasi perdagangan dan investasi; manajemen perikanan; manajemen resiko bencana; kerja sama akademis, ilmu pengetahuan dan teknologi; serta kerjasama pariwisata dan pertukaran budaya.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya menjadi salah satu panelis dalam acara IORA Business Forum yang memaparkan kerjasama pariwisata Indonesia dengan negara anggota dan mitra wicara IORA. Menteri Paariwisata Arief Yahya dalam paparannya yang mengangkat tema “Enhancing Tourism and Connectivity through Improvement in Infrastructure” menjelaskan seputar prospektif Indonesia dalam mengembangkan pariwisata dan konektivitas melalui pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan dan merata di seluruh penjuru nusantara. Termasuk pembangunan 10 destinasi pariwisata prioritas yang disebut sebagai ‘Bali Baru’. Pada kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya menawarkan kerjasama investasi di 10 destinasi pariwisata prioritas tersebut kepada para investor dari negara-negara anggota IORA.
Arief Yahya menjelaskan, Indonesia memiliki target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2019. Untuk mendukung target tersebut, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan sejumlah regulasi antara lain; memberikan bebas visa kunjungan singkat (BVKS) kepada 169 negara; mempermudah izin masuk kapal yacht dan kapal pesiar ke perairan Indonesia dengan mencabut Clearance Approval for Indonesia Territory (CAIT).
Indonesia saat ini tengah membangun destinasi pariwisata prioritas atau ‘Bali Baru’ yakni; Danau Toba (Sumatera Utara); Tanjunbg Kelayang (Bangka Belitung); Tanjung Lesung (Banten); Kepualan Seribu (DKI Jakarta); Candi Borobudur (Jawa Tengah); Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur); Mandalika (Lombok, NTB); Labuan Bajo (Flores, NTT); Wakatobi (Sulawesi Tenggara); dan Morotai (Maluku).
Menpar Arief Yahya juga memaparkan program konektivitas udara dalam rangka meningkatkabn seat capacity untuk mendukung target 20 juta wisman pada 2019. “Konektivitas udara sangat penting dalam mendukung pariwisata, mengingat sekitar 75% kunjungan wisman ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara sehingga tersedianya seat pesawat (seat capacity) yang cukup menajdi kunci untuk mencapai target 2019 mendatang,” kata Menpar Arief Yahya yang menjadi Wakil Penanggung Jawab Bidang Media dan Hubungan Masyarakat dalam Kepanitiaan Nasional Penyelenggara KTT IORA 2017.
Pameran The Great Voyage Indian Ocean
Penyelenggaraan IORA Summit 2017 disemarakkan dengan rangkaian kegiatan pendukung antara lain pameran yang mengangkat tema “The Great Voyage Indian Ocean”. Pameran tersbut berupa reproduksi foto; peta klasik, artefak, karya seni, dan foto-foto obyek wisata nusantara di RIM Indian Ocean yang menempati booth seluas 18 m2. Dekorasi spesial seperti bangunan kapal diyakini akan menarik perhatian para tamu undangan.
Lebih lanjut Menpar Arief Yahya menjelaskan, melalui media pameran ini, diharapkan akan memberi informasi dan pemahaman kepada para tamu undangan tentang perjalanan sejarah nusantara yang ratusan tahun lalu telah berlangsung. Dimana pelayaran agung di masa lampau telah melintasi Samudera Hindia dan membuka dunia baru.
Pelayaran agung tersebut antara lain digambarkan dalam replika Samuderaksa Borobudur sebagai pelayaran yang dilakukan para pelaut dari Jawa ke Madagaskan dan Afrika pada abad 4-9 Masehi. Selain itu perjalanan keagamaan (Hindu, Budha, Islam) juga membentuk peradaban dunia (trail of civilization). Adapula perjalanan jalur sutra yang dilakukan oleh Ibnu Batutah, Marcopolo, dan Cheng Ho yang membuka peradaban baru dalam perdagangan internasional, serta jalur rempah dan eksplorasi dunia yang dilakukan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda).
Sementara itu untuk menggambarkan perjalanan sejarah masa kini, dipamerkan great tour menuju Indian Ocean berupa obyek-obyek wisata menarik seperti di Barus-Danau Toba, Tanjung Lesung- Banten, Borobudur, Mandalika, Komodo- Labuan Bajo, dan sejumlah destinasi wisata lainnya.
Lebih lanjut, titik awal IORA dimulai pada Maret 1995, saat Perdana Menteri Afrika Selatan Nelson Mandela mengadakan kunjungan ke India untuk menginisiasi terbentuknya Indian Ocean Rim Initiative. Dua tahun kemudian, diselenggarakan KTT pertama di Mauritus pada 6-7 Maret 1997 bersamaan dengan terbentuk Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC). Pada tahun 2012, nama IOR-ARC berubah menjadi Indian Ocean Rim Association (IORA). Organisasi yang berpusat di Mauritania ini kini mempunyai 21 negara anggota yaitu; Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoro India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Uni Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tnazania, Thailand, dan Yaman serta 7 negara mitra wicara (dialogue partner) yaitu; China, Perancis, Jepang, Amerika Serikat, Mesir, Jerman dan Inggris. (Humas Setneg)
Discussion about this post