UTUSANINDO.COM,(PADANG)- Anggota DPRD Kota Padang, Helmi Moesim, Dinas Kesehatan, dan Lurah mengunjungi keluarga Oktavianus yang memiliki anak Wahyu Anugrah Pratama yang menderita kebocoran katub jantung dan sindrom edward( kelainan kromosom di sel tubuh), di rumahnya, Selasa,(21/2/2016).
Tampak,sesekali ibunya, Masriani memasukkan susu formula melalui slang tersebut. Melalui ujung slang itulah makanan dapat masuk ke dalam perut Wahyu setiap hari.
Sebab putra Masriani ini mengalami kelainan sejak lahir. Yakni tidak memiliki langit-langit (sumbing langit mulut) atau dalam istilah kedokteran dikenal dengan “flafaring”.
Pertumbuhan fisik Wahyu terbilang baik. Wahyu nampak segar. Hanya saja orangtua Wahyu yang sehari-hari berjualan roti dorong-dorong keluar masuk kampung, tidak mampu membawa anaknya berobat untuk mengatasi penyakit tersebut. Sebab penghasilannya hanya Rp 70 ribu sehari. Dengan uang Rp 70 ribu sehari itulah Oktavianus mendayung kehidupannya sehari-hari.
Sebenarnya, Oktavianus dan Masriani bukannya tidak pernah mencoba mengatasi penyakit anaknya. Pasangan ini sudah mencoba mengobati anaknya ke mana-mana. Pernah dirawat di RS Sitti Rahmah, RSUP M. Djamil, dan rumah sakit lainnya.
Pekerjaan orangtua wahyu, yang sehari-hari berjualan roti dorong-dorong keluar masuk kampung, tidak mampu membawa anaknya berobat untuk mengatasi penyakit tersebut. Sebab penghasilannya hanya Rp 70 ribu sehari. Dengan uang Rp 70 ribu sehari itulah Oktavianus mendayung kehidupannya sehari-hari.
Sementara Kepala Puskesmas Andalas, dr Mela Aryati yang ikut hadir di rumah keluarga ini mengatakan, bayi dengan kelainan yang seperti ini usia maksimal hanya satu tahun. Sedangkan usia Wahyu sudah mencapai 1 tahun 9 bulan.
“Dalam kasus Wahyu, ini termasuk luar biasa, surprise buat keluarga ini,” kata Mela.
Kini prioritas utama bagi Wahyu, sesuai rujukan dokter adalah penanggulangan kebocoran katup jantung. Untuk itulah Wahyu harus dirujuk ke RS Khusus Jantung Harapan Kita, Jakarta.
Untuk diketahui, Walikota Padang, Mahyeldi, sudah , memerintahkan Baznas agar meninjau dan membantu keluarga ini, untuk meninjau sekaligus membantu.
Keluaraga, Oktavianus, berjualan pecel lele, sempat mengumpulkan uang, sehingga mampu beli rumah dan kendaraan. Demi kesembuhan anak semata wayangnya ini, Oktavianus rela menjual rumah dan kendaraannya.
Jika dulu Oktavianus punya rumah sendiri di Seberang Padang, kini dia tidak punya apa-apa lagi. Dan terpaksa menumpang di rumah kakak istrinya di Aur Duri, Kampung Durian, Kecamatan Padang Timur.
“Demi anak, nyawa pun saya berikan,” tekad Oktavianus.
Yang sangat memotivasi Oktavianus untuk menanggulangi kelainan putra semata wayangnya ini karena istrinya Masriani sudah tujuh kali hamil. Namun melahirkan dalam keadaan tidak sempurna. Mulai dari keguguran, sampai ke melahirkan. Namun bayinya hanya berusia beberapa hari saja. Sebab menurut hasil pemeriksaan dokter, di dalam rahim Masriani terdapat semacam virus yang jika masih hamil, Masriani tetap melahirkan anak yang tidak sempurna.
Karena sudah berkali-kali melahirkan dalam keadaan tidak sempurna, pasangan ini sempat putus asa. Pada kehamilan ketujuh inilah lahir anaknya dalam keadaan fisik agak sempurna, namun memiliki tiga kelainan sekaligus.
“Wahyu nafas bagi keluarga kami, saya ingin Wahyu tumbuh besar seperti anak lainnya, meski bertumbuh apa adanya,” ujar Oktavianus dibenarkan istrinya.
Pada 6 Februari lalu, Wahyu dirawat di RSUP M. Djamil Padang. Menurut dokter, Wahyu mesti dirujuk ke RS Khusus Jantung Harapan Kita, Jakarta. Mendengar kata dokter, pasangan ini bagai disambar petir. Tak terbayangkan berapa biaya yang harus disediakan dan dari mana harus dicarikan biaya untuk ke Jakarta.(bon/rf)
Discussion about this post