UTUSANINDO.COM,(JAKARTA)- Pengamat politik Boni Hargens mengajak imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab untuk melakukan diskusi terbuka. Tantangan itu terkait dengan tesis Rizieq yang membahas sejarah Pancasila.
“Tanpa berpretensi menilai kualitas dari karya Bapak, saya tergerak untuk mengadakan debat terbuka dengan Bapak tentang Pancasila dalam kaitannya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tulis Boni dalam surat yang disampaikannya ke DPP FPI, seperti yang dikutip detikcom, Sabtu (21/1/2017).
Dalam surat itu, Boni menjelaskan niatnya menantang debat menguat seiring dengan komentar Rizieq terhadap pidato Megawati Soekarnoputri. Rizieq merasa keberatan atas pernyataan Ketum PDIP sekaligus Presiden RI ke-5 itu.
“Asumsi dasar saya adalah Bapak mempunyai konsep Pancasila yang lain, berbeda dengan hakikat Pancasila yang sejak awal dijadikan Weltanchauung Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh para founding fathers,” kata Boni dalam surat itu.
Saat dimintai konfirmasi mengenai surat itu, Boni mengaku telah mengantarkannya ke kantor DPP FPI, yang ada di Petamburan, Jakarta Pusat. Namun FPI ataupun Rieziq belum memberi respons.
“Sudah diterima DPP FPI. Staf saya yang antar (suratnya). Belum ada (tanggapan) dari mereka,” ujar Boni saat dimintai dikutip detikcom, Sabtu (21/1).
Sementara itu, belum ada komentar dari FPI terkait dengan tantangan debat terbuka terhadap imam besarnya itu. detikcom sudah berusaha menghubungi jubir FPI Munarman dan Sekjen FPI Sobri, namun belum ada respons.
Rizieq sendiri sempat menyinggung soal tesisnya itu setelah diperiksa di Polda Jawa Barat terkait dengan laporan Sukmawati Soekarnoputri. Rizieq menyebut Sukmawati telah mengkriminalisasi tesisnya.
“Sukmawati gagal paham soal ceramah saya. Ceramah saya diedit dan dipotong dan dilaporkan Sukmawati dengan penistaan Pancasila, ini nggak betul. Sama saja melakukan kriminalisasi tesis ilmiah,” ujar Rizieq di Mapolda Jabar, Kamis (12/1).
Habib Rizieq menjelaskan, dalam karya ilmiah yang dibuat, salah satu babnya memang membahas sejarah Pancasila. Dia mengkritik bahwa Pancasila lahir pada 1 Juni 1945. Padahal Pancasila, menurutnya, lahir pada 22 Juni. Hal itulah yang menjadi kritiknya dalam tesis tersebut.
Selain itu, lanjut dia, dalam tesis yang dibuat, dia menyertakan usulan Soekarno yang sempat memposisikan sila Ketuhanan Yang Maha Esa di sila terakhir. Saat perumusan, sila itu dinamakan Ketuhanan Berkewajiban menjalankan syariat bagi pemeluknya.
“Ada hal yang diingat, ada redaksi yang diajukan Bung Karno di dalam Pancasila sila Ketuhanan ada di akhir. Sila kelima. Dan ini ditolak oleh ulama dalam sidang BPUPKI. Di sana ada Haji Wahid Hasyim pimpinan NU, ada Agus Salim pimpinan Sarekat Islam. Nah mereka menolak usulan itu soal redaksi itu. Para ulama meminta menaikkan menjadi sila pertama Ketuhanan itu,” papar Rizieq.
sumber: Detik.com
Discussion about this post