Dialog Kebudayaan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat yang diwakili oleh Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Tradisi, Fadhli Junaidi, S.STP, yang dihadiri oleh 100 peserta dari kalangan anak muda di Kota Padang maupun luar Kota Padang.
Fadli Junaidi, menyampaikan permohonan maaf dari Kepala Dinas tidak bisa hadir dikarenakan ada halangan, lalu Kepala Dinas berpesan untuk menyampaikan rasa terimakasihnya kepada Bapak Hidayat selaku anggota DPRD provinsi Sumatera Barat kerena bersedia untuk menitipkan pokok-pokok pikirannya di Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.
” Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Hidayat yang telah menumpangkan pokok-pokok pikiran yang ditumpangkan kepada kami sehingga kami bisa berkolaborasi dan menyelenggarakan kegiatan ini,”ujar Fadli
Fadhli Junaidi, menggarisbawahi pentingnya pengakuan dan penghormatan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sesuai dengan UUD 1945 pasal 18b ayat 2. Hal ini menjadi landasan utama pelaksanaan acara ini, yang merupakan bagian dari program unggulan Dinas Kebudayaan.
Sebagai Narasumber dalam dialog kebudayan Angkatan ke dua ini, Filolog Indonesia sekaligus Dosen di Universitas Andalas (UNAND), Pramono, berbicara tentang bagaimana manuskrip atau naskah kuno, yang telah ada selama ratusan tahun, sekarang dapat diakses melalui teknologi digital dan internet.
“Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam melestarikan warisan budaya, dan Pramono menjelaskan bagaimana teknologi digital telah membantu dalam mendeteksi, merawat, dan memahami naskah kuno tersebut”, sebutnya.
Manuskrip atau naskah kuno yang memiliki arti manu itu tangan, scrip itu tulisan yang mana artinya tulisan tangan yang umurnya sudah ratusan tahun lalu, tetapi jangan dikira warisan budaya yang sangat tua, ini semakin kesini, melibatkan anak muda tidak hanya di Indonesia bahkan diseluruh dunia
” Saya memberanikan diri menjadi seorang pembicara dengan tantangan anak muda yang membicarakan mengenai naskah kuno yang telah ada sejak ratusan tahun lalu yang sekarang kita bisa mengakses melalu alat digital yang berkaitan dengan Internet”, ujar Pramono.
Dikatakannya, kemajuan dunia digital mempercepat akses terhadap koleksi yang umurnya ratusan tahun lalu tidak berada di Minangkabau, bahkan Indonesia dan dunia. “Ada suatu teknologi digital di Jerman yang bisa untuk mendeteksi satu riwayat satu kertas itu sudah dipakai ditulis”, ujarnya.
Selanjutnya, Anggota DPRD Sumatera Barat Hidayat, menekankan pentingnya budaya sebagai pondasi kemajuan di berbagai sektor lain. Ia menyadari bahwa pembangunan di sektor kebudayaan sering kali terlupakan.
“Sebagai bentuk perhatian Dinas Kebudayaan melalui pokir anggota DPRD Sumbar dengan acara ini, kita berusaha untuk memberikan perhatian yang lebih pada keberlangsungan nilai-nilai budaya dan adat di Sumatera Barat melalui manuskrip.
Selain itu, Hidayat menyampaikan bahwa sebagai anggota DPRD Sumbar, ia menilai pembangunan di sektor kebudayaan agak luput dalam konteks konsentrasi pemerintah daerah dan stakeholder yang ada di daerah Sumbar, padahal budaya merupakan pondasi dasar untuk bisa mengakselerasi kemajuan di sekitar sektor lain.
“Saya tidak akan mendefinisikan kebudayaan, mungkin teman-teman atau adik-adik semua lebih memahami tentang kebudayaan, setidaknya konkret secara sederhana, apa itu kebudayaan?, sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, dan norma adat yang menjadi proses kehidupan kita sehari-hari yang beragam dan berbeda,” ungkap Hidayat.
Peserta tampak antusias dan sangat apresiasi dialog kebudayaan ini, mereka menyambut baik tema acara yang menarik dan kehadiran narasumber yang kompeten dalam bidangnya. Meskipun mereka menganggap acara tersebut sangat positif, mereka juga memberikan masukan untuk memperpanjang waktu acara dan mengundang narasumber dari kalangan pengkaji seni tradisional.
Salah satu peserta, Yola Yolanda, lulusan ilmu sejarah, menganggap acara ini sangat penting dalam mengulik pengetahuan tentang manuskrip dan naskah kuno. Dia menilai bahwa Dinas Kebudayaan dan Bapak Dewan Hidayat telah berhasil memfasilitasi acara ini dengan baik, terutama dengan kehadiran narasumber seperti Prof. Dr. Pramono.
Yola juga sangat mengapresiasi peran Bapak Hidayat dalam mendukung kebudayaan dan melihatnya sebagai contoh positif bagi pejabat yang memperjuangkan kebudayaan.
“Apa yang disampaikan oleh Bapak Hidayat dalam Dialog kebudayaan tadi itu luar biasa apresiasi beliau terhadap kebudayaan kita sendiri, bagaimana beliau memberikan apresiasi baik itu waktunya, dana nya dan segala macamnya. Saya pribadi terkesima dengan kepribadian beliau karena dengan adanya semangat beliau untuk memperjuangkan kebudayaan kita itu sudah sisi positif dari para pejabat-pejabat kita. Hal itu saya rasa bapak Hidayat lah yang menjadi fasilitator bagi kita nantinya bagi pemuda-pemuda ini untuk mengembangkan kebudayaan,” ungkap Yola.
Kemudian, Leonard Roza Riovarda dari komunitas ruang bangkit mengatakan, acara yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan yang bertemakan tentang mengenali nilai-nilai adat dan budaya melalui manuskrip. “Acaranya menarik dan sangat bagus yang mana mengundang narasumber yang sangar berkompeten dibidang tersebut, ditambah lagi dengan dukungan oleh pemerintah yaitu pak Hidayat yang membantu untuk menyelenggarakan acara,” sebutnya.
Harapannya, kedepan acara-acara seperti ini harus lebih sering lagi diselenggarakan atau menjadi jadwal Mingguan oleh Dinas Kebudayaan.
“Untuk Bapak Hidayat personal, saya akui sebagai Ketua Fraksi Gerindra sudah tepat melaksanakan acara ini, saran saya untuk penyelenggara event lebih diupgrade lagi,” ungkapnya.
Keseluruhan, dialog kebudayaan ini merupakan langkah positif dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan adat di Sumatera Barat melalui pemahaman terhadap manuskrip dan naskah kuno. Semangat dan dukungan dari pemerintah daerah dan anggota DPRD, seperti Hidayat, sangat penting dalam memajukan kebudayaan dan memotivasi generasi muda untuk lebih memahami dan melestarikan warisan budaya mereka.(***)
Discussion about this post