Utusanindo.com, Singkawang, 29 Juni 2022 – Walikota Singkawang, Tjhai Chui Mie, mengapresiasi upaya PLN dalam mendorong peningkatan industri ekonomi kreatif di Kota Singkawang, salah satunya adalah Komunitas Pengerajin Batik Kote Singkawang.
“PLN lewat program TJSL -nya banyak membantu pelaku UKM di Singkawang sehingga mampu bertahan dan bangkit kembali pasca pandemi Covid-19,” ungkap Tjhai Chui Mie.
Diakuinya, sinergitas antara Pemkot Singkawang dengan PLN UP3 Singkawang sudah terjalin dengan baik selama ini, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian masyarakat melalui berbagai pembangunan sarana dan prasarana di Kota Singkawang dan sekitarnya.
Sementara itu, Manager PLN UP3 Singkawang, Achmad Meidiansyah, mengatakan bahwa untuk mendorong pertumbuhan usaha pengerajin batik Kota Singkawang, pihaknya telah mengucurkan bantuan berupa sarana prasarana membatik senilai Rp. 57 juta.
Bantuan diserahkan secara simbolis oleh Walikota Singkawang dan Manager PLN UP3 Singkawang kepada Komunitas Batik Kote Singkawang pada Selasa, (28/6) kemarin.
“Untuk mendorong usaha batik ini, kami menyalurkan bantuan berupa peralatan batik elektrik seperti canting listrik portable, kompor cap listrik dan kompor listrik. Selain itu, bantuan yang kami berikan juga berupa bahan baku membatik seperti kain dan lilin, serta perbaikan ruang galeri,” jelas Meidiansyah.
Ia menyampaikan bahwa penyerahan bantuan ini merupakan momen penting sebagai wujud komitmen sinergitas berbagai pihak dalam membangun iklim perekonomian yang kondusif bagi pelaku usaha. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi batik, sehingga produk batik Kota Singkawang dapat semakin dikenal hingga ke manca negara.
Sementara itu, Priska Yeniriatno, founder Komunitas Batik Kote Singkawang mengaku bahwa bantuan dari PLN berupa peralatan membatik yang serba elektronik ini sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas usaha yang dijalankannya.
Ia mengaku sudah lama ingin menggunakan kompor listrik untuk membatik. Dengan kompor listrik, proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien. Kegiatan pembinaan terhadap para pembatik ke daerah-daerah yang sudah rutin dilakukan menjadi lebih praktis.
“Lebih praktis pakai kompor listrik, panasnya stabil. Apalagi kalau sedang melakukan pembinaan ke daerah-daerah, repot kalau harus membawa kompor minyak tanah, resiko tumpah dan sulit menyalakannya,” imbuhnya.
Diakuinya, permintaan batik yang terus meningkat sempat membuat dirinya kewalahan untuk memenuhi pesanan pelanggan. Kegiatan usaha yang dilakukan selain bertujuan untuk melestarikan budaya membatik, pembinaan batik ke daerah-daerah juga bertujuan untuk membentuk SDM pembatik yang berkualitas.
“Kain batik motif Kalimantan seperti tribal Dayak paling banyak diminati, juga motif naga dan pakis, dan yang tak kalah menariknya adalah motif batik yang menggambarkan keragaman suku di Singkawang, yaitu motif tiga penjuru yang mewakili suku Tiong Hoa, Dayak dan Melayu,” ujarnya.
Ia juga berencana akan ke Dubai dan Belanda untuk melakukan pameran dan menjual karya batiknya bersama sesama pengrajin dari Batu Malang dan Deli Serdang dalam waktu dekat.
Priska berharap, dengan adanya bantuan dari PLN, usaha batik yang digelutinya selama ini dapat memberikan dampak positif bagi pelestarian budaya batik dan mengembangkan usaha Komunitas Kote Singkawang, sehingga akan lebih banyak masyarakat yang dapat diberdayakan.
(wan)
Discussion about this post