UTUSANINDO.COM – Bagi yang suka traveling, tentu sudah mengenal Lawang Adventure Park. Di mesin pencarian google dan media sosial pun telah banyak referensi destinasi wisata di kawasan perbukitan yang mengelilingi Danau Maninjau, Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam ini.
Selain berwisata, di kawasan puncak bukit serasa di negeri di atas awan dengan pemandangan Danau Maninjau dan permukiman penduduk tersebut, berbagai perusahaan di Indonesia, kampus, sekolah dan perkantoran sering menggelar kegiatan. Di antaranya, outbound, pelatihan, diskusi, kemping, senam, rapat dan study tour serta aktivitas lainnya.
Lokasinya berjarak sekitar 20 km dari Kota Bukittinggi dan juga bisa diakses dari Pariaman melewati Malalak dan Kelok 44 via Ambun Pagi yang mendunia itu.
Saat ini, Lawang Park juga menerima tamu keluarga dan ada penginapan khusus bagi pasangan pengantin berbulan madu. Kapasitas penginapan mencapai 150 orang.
Owner Lawang Adventure Park M Zuhrizul saat diskusi Tigabelasan dengan Jaringan Pemred Sumbar (JPS), Rabu (13/10/2021) malam menceritakan upayanya membangun kawasan wisata yang telah dianugerahi udara sejuk dan pemandangan indah ini.
“Waktu awal dibangun, akses jalan belum sebesar seperti sekarang. Lawang Park ini saya buat untuk perenungan ulang bagi pengunjung. Orang datang ke sini, minum kopi, menenangkan diri dan mencari inspirasi,” ungkap Zuhrizul.
Dalam diskusi dipandu senior JPS Adrian Tuswandi yang dihadiri Bupati Agam Andri Warman, Kepala Dinas Pariwisata Agam Satria dan Kepala Dinas Pariwisata Pariaman Marhaen ini, Zuhrizul menyampaikan juga bagaimana kesulitannya meyakinkan ninik mamak ketika pulang kampung ingin membangun pariwisata di kampung halamannya, Lawang, Agam.
Menurut lelaki yang akrab disapa Mak Etek ini, Lawang Park dulunya rimba belantara. Lalu, pascagempa 2009, dia main ke kampungnya di Lawang. Muncul pikirannya untuk mengembangkan bukit rimba belantara yang memiliki pemandangan indah ke Danau Maninjau ini.
“Ketika itu, orang kampung menyebut saya gila,” ungkapnya.
Pertama dibangunnya di ketinggian Lawang tersebut adalah mushalla. Airnya tak ada, lalu dibuat lubang dan diberi plastik untuk penampung air.
“Saya jual paket kemping. Makan dibawa dari luar, karena belum ada restoran,” lanjutnya.
Setelah paket kemping itu banyak peminatnya, pria yang kini banyak mendampingi masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (pokdarwis) ini, mulai membangun villa satu persatu. Namun, tidak berjalan mulus. Karena sulit meyakinkan ninik mamak untuk mendapatkan izin.
“Dua tahun saya meyakinkan ninik mamak. Bersama anak-anak muda di sini, saya membentuk Forum Agro Wisata Nagari Madani. Kita adakan pelatihan-pelatihan dan kegiatan lainnya,” papar pemilik Ikarsa Tour ini saat diskusi bertema “Explore Wisata Agam”.
Saat puncak bukit tersebut masih rimba belantara, saya dapat informasi, hampir tiap minggu ada saja yang tertangkap karena mesum dan kena denda.
Namun, setelah Lawang Park dibuka, tak ada lagi maksiat. Kondisi inilah yang melunakkan hati para ninik mamak sehingga Lawang Park diizinkan membangun apa saja.
“Pariwisata itu memberantas maksiat. Dengan membangun wisata, tempatnya menjadi terang benderang. Kita menerima pelatihan dari perusahaan. Kita jual paket training, outbond, wisata keluarga, paralayang dan seterusnya. Bahkan, akrobatik paragliding, angin yang bisa itu ada dua, di Lawang Park dan satu lagi di Turki,” tukasnya.
Saat ini, sanggar seni nagari hidup dan Lawang Park jadi nagari adat terbaik di Sumbar serta terintegrasi dengan objek wisata lainnya termasuk desa-desa wisata di Agam. “Di sini basecamp-nya,” tukasnya.
Dalam kesempatan ini, Zuhrizul yang kini dipercaya oleh Bupati Agam sebagai Tim Ahli bidang Pariwisata, mengungkapkan bahwa daerah ini memiliki 21 desa wisata yang dikembangkan. Terbanyak di Sumbar dan Indonesia.
Masing-masing desa wisata tersebut memiliki keunggulan tersendiri. Di antaranya, Museum Buya Hamka di Sungai Batang Maninjau yang bisa dijadikan wisata religi dan kajian agama, dan ada juga wisata kuliner di Nagari Kapau.
“Banyak teman-teman travel agent di Malaysia yang menyampaikan bahwa wisatawan dari negeri Jiran itu tertarik dengan kawasan wisata religi Buya Hamka. Banyak dari mereka berusia lanjut dan kaya,” tutur Zuhrizul.
Selain itu, senior ASITA yang kini diamanahkan menjadi Ketua Umum IATTA Sumbar tersebut juga menginisiasi wisata homestay di atas keramba jaring apung. Hal ini akan menambah pendapatan bagi masyarakat setempat. Muaranya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
“Saya membayangkan keramba ikan itu di atasnya ada homestay, ada terasnya untuk mancing ikan. Tak bisa dibayangkan, bagaimana sensasinya tidur dibuai ombak kecil air Danau Maninjau. Orang ke sana naik perahu. Kemudian ada dibikin juga restoran terapung. Jadi, keramba itu bukan dimusnahkan, tapi dikurangi saja, lalu dialih fungsi untuk usaha. Airnya dijaga benar agar selalu terbebas pencemaran, tidak seperti sekarang,” tuturnya.
Bupati Agam Andri Warman mengatakan, dirinya telah lama mengenal Zuhrizul serta sepak terjangnya selama ini dalam membangun pariwisata di berbagai daerah di Sumbar.
Sehingga dipercayanya menjadi Tim Ahli bidang Pariwisata yang bertugas memberikan masukan serta sebagai tempat bertanya sebelum suatu kebijakan diambil pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
“Beliau sudah seperti adik saya sendiri. Adik kelas saya di SMA 1 Bukittinggi. Kami satu sekolah juga dengan Pak Mahyeldi, Gubernur Sumbar. Dunia saya dengan beliau juga sama. Bergerak di bidang pariwisata, sebelum jadi anggota DPRD Sumbar dan sekarang dipercaya masyarakat sebagai bupati,” ungkap Andri Warman yang sangat dikenal dengan sebutan AWR.(rel/jps)
Discussion about this post