UtusanIndo.com,(KALBAR)- Kabar almarhum Ketua MPW Pemuda Pancasila yang juga Ketua PFKPM Kalbar, Firman Muntaco terpapar virus corona tidak benar.
Kabar tersebut dibantah dan diluruskan oleh para pengurus MPW Pemuda Pancasila Kalbar dan DPP Persatuan Forum Komunikasi Pemuda Melayu (PFKPM).
“Itu tidak benar. Kami bertanggung jawab kepada almarhum dan keluarga,” tegas Wakil Ketua I MPW PP Kalbar, Utin Zulkifli saat konfrensi pers, Minggu (17/5) di kediaman almarhum.
Dikatakan Uti, pihaknya akan menuntut pihak-pihak yang sengaja membuat isu atau pemberitaan tersebut dengan melaporkannya ke pihak berwajib.
“Siapapun, termasuk rumah sakit kalau itu dari rumah sakit. Kami sangat mengharapkan pihak-pihak manapun untuk menghentikan pemberitaan yang tidak jelas itu,” tegasnya.
Ketua Koti MPW Pemuda Pancasila Kalbar Apriandi menyatakan protap covid-19 yang diikuti pihak keluarga bukan berarti almarhum terpapar virus corona.
“Kami sudah mengikuti protap. Istri beliau sudah menanda tangani protap sampai pemulasaran jenazah. Tapi bukan berarti almarhum positif covid-19. Maka kami tegaskan, hati-hati pihak rumah sakit keluarkan statemen,” ia mengingatkan.
Ketua MPC Pemuda Pancasila Pontianak, Amril Agam meminta agar tidak pihak-pihak yang menyebarkan berita bohong.
“Jadi kami minta tolong jangan menyebarkan berita yang bukan-bukan. Kami menjaga kredibilitas PP dan almarhum,” ucapnya.
Wakil Ketua DPP PFKPM, M. Mirza Berliandi menceritakan prihal sakit almarhum Firman Muntaco.
“Bahwa saat ditemukan oleh ibu, bapak terjatuh dari tempat tidur bisa dikatakan beliau keadaaan stroke sehingga terjadi pendarahaan pada otak dan kepalanya sehingga tidak sadarkan diri atau koma,” tuturnya.
Bahkan sambung Mirza, sebelumnya sempat Firman Muntaco buka puasa bersama dan menjadi imam salat bersama Koti dan Satma.
“Begitu ditemukan terjatuh di lantai langsung dibawa ke rumah sakit Kharitas. Bapak dalam keadaan tidak sadar. Jadi dari rumah sakit kharitas tidak bisa menangani bapak dibawa ke Sudarso,” terangnya.
Di Sudarso Firman Muntaco dibawa ke ruang isolasi. Sehari kemudian mendapat kabar sudah meninggal dunia pukul 15.03 wib.
“Saat itu tidak ada yang bisa masuk ke dalam ruang isolasi. Jadi kami hanya percayakan kepada pihak rumah sakit,” ujarnya.
Mirza menyayangkan pemerintah yang tidak mempersiapkan fardhu kifayah dan peralatan saat pemakaman padahal protap covid-19 telah diikuti.
“Sebenarnya jenazah mau kami ambil tanpa protap akan tetapi karena dinyatakan harus mengikuti protap maka kami ikutkan. Sehingga pemakaman juga dilakukan pada malam itu juga,” terangnya. (Jainul)
Discussion about this post