UtusanIndo.com,(Agam) – Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit mengatakan, pencemaran di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat ditangani secara serius, karena limbah pangan ikan sudah sangat mengkuatirkan dan saat ini sudah 6 meter tinggi limbah tersebut.
“Permasalahan ini sudah lama berlarut-larut, telah berkembangbiaknya plankton secara berlebihan yang mengakibatkan kematian pada ikan. permasalahan danau Maninjau mesti dituntaskan agar lingkungan sekitar danau kembali sehat dan normal agar biota danau Maninjau dapat kembali hidup berkembang dengan baik,” ujar Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat acara sosialisasi Bios 44, di ruang rapat Kodim 0304/Agam, Bukittinggi 18 Februari 2019.
Menjaga Alam Mengatasi Keramba di Danau Maninjau dan Lahan Gambut untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Wilayah Sumatera Barat,
Menurut Nasrul Abit, dua tahun yang lalu pihaknya sudah mendata ada 17 ribu kerambah ikan, sekarang sudah mulai berkurang menjadi 6 ribu keramba yang tinggal, dikarenakan banyaknya ikan-ikan yang mati.
“Tahun lalu, kita sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), terkait dengan limbahnya danau maninjau, namun sampai saat ini belum ada jalan keluarnya. Kementerian PUPR menyarankan, agar semua keramba di danau maninjau harus habis, baru bisa dibersihkan,” kata Wagub.
Dijelaskan Nasrul Abit, ini hal yang tidak mungkin dan tidak gampang untuk memindahkannya, karena ini adalah pencarian masyarakat Agam, karena ada 12 ribu ton kubik yang akan dikeluarkan dengan biaya 1,2 triyun.
“Dengan adanya Komandan Korem 032/Wirabraja Brigjen Inf Kunto Arief Wibowo yang telah membawa pencerahan bagi kita, yaitu atas prestasinya menemukan Bios 44, yang bisa membersihkan danau maninjau dan sekaligus bisa digunakan untuk pengembangan budi daya perikanan dan penyubur tanah,” ujarnya.
Ini adalah prestasi yang luar biasa, Bios 44 merupakan cairan dari jenis perpaduan beberapa mikroorganisme yang disatukan berfungsi untuk memperkecil hingga menutupi rongga-rongga yang ada dasar danau, sehingga kita bisa mengangkat limbah tersebut untuk dijadikan fermentasi dan dengan adanys Bios 44 akan menjadi pupuk bagi tanaman.
Brigjen Inf Kunto Arief Wibowo menjelaskan, penggunaan Bios 44 dulu dipergunakan untuk mencegah kebakaran pada lahan yang mudah terbakar terutama lahan gambut dan selanjutnya berkembang digunakan untuk mengurai tanah tandus menjadi subur.
“Ini pernah kita buktikan pemakaian cairan Bios 44 mampu menyuburkan lahan pertanian dan perkebunan di daerah Banyuasin Sumatera Selatan dan kami juga mencoba 44 untuk pemilik kolam ikan yang ada di Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, semuanya sukses dan berhasil,” jelas Brigjen Kunto.
“Saat ini rencana pembangunan masih belum ada lokasi yang disediakan dalam menyedot sedimen yang ada di dalam danau, saya berharap agar Pemerintah Provinsi Sumbar dapat memfasilitasi dan sekaligus mengunjungi tempat kerambah percontohan yang ada di danau maninjau,” ucap Brigjen Kunto.
Hadir dalam rapat tersebut, Komandan Korem 032/Wirabraja Brigjen Inf Kunto Arief Wibowo, Komandan Kodim se Sumbar, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Ir. Yosmeri, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Sumbar Rifda Suriani, ST, Sp. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar Ir. Siti Aisyah, M.Si dan undangan lainnya.(ptp/hms)
Discussion about this post