UtusanIndo.com, KABUPATEN SOLOK – Masyarakat Nagari Jawi-Jawi, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok mengaku sangat terbantu dengan kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar).
Hal itu ditandai dengan tuntasnya pembangunan saluran irigasi Banda Taluak Bawah oleh Dinas Sumber Daya Air Bina Konstruksi (SDA BK) Sumbar di Nagari Jawi-Jawi pada pertengahan 2024 lalu. Kehadiran irigasi tersebut begitu penting bagi masyarakat setempat yang mayoritas berprofesi sebagai petani.
Firdaus, 52 petani padi di Nagari Jawi-Jawi mengaku dirinya sangat bersyukur dengan tuntasnya pembangunan saluran irigasi Banda Taluak Bawah. Sebab, sawah yang sudah 2 tahun tidak ia garap, telah kembali bisa diolah.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi. Sekarang air sudah lancar, kami sudah bisa kembali kesawah,” ungkap Firdaus saat diwawancarai, Sabtu (2/11/2024).
Siang itu Firdaus tengah membajak sawahnya menggunakan mesin bajak dengan kapasitas 10 PK. Ia sibuk menggemburkan petak-petak sawah miliknya yang kini sudah mendapatkan pasokan air yang cukup dari aliran irigasi Banda Taluak Bawah.
Firdaus mengaku sebelum irigasi diperbaiki, dirinya sempat mengolah lahan sawahnya menjadi ladang, tapi hasilnya kurang bagus. Akibatnya, pendapatan Firdaus turun drastis.
“Karena tidak ada air, lahan ini sempat saya jadikan ladang, namun hasilnya kurang bagus, mungkin tanahnya hanya cocok untuk sawah. Pendapatan saya turun jauh, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga, tidak ada sisa yang bisa ditabung,” ungkap Firdaus.
Sebagian besar masyarakat di Nagari Jawi-Jawi memang lebih mengandalkan tanaman padi dari pada ladang karena hasil padi lebih banyak dari pada palawija. Dari segi produksi, Firdaus mengaku setiap kali panen, sawah miliknya bisa menghasilan 700 sukek (ukuran padi di Kabupaten Solok). Jika disetarakan dengan berat, hasilnya sekitar 1,1 ton.
menurut Firdaus, dalam satu tahun, tanaman padi bisa panen 3 kali. Kalau berladang, kurang dari itu, bisa hanya 2 kali setahun, harganya pun tidak menentu. Seringkali, tiba-tiba murah, jauh merosot ke bawah.
Dengan hasil itu, Firdaus bisa menyekolahkan tiga anaknya. Beruntung tahun ini sawah sudah bisa diolah kembali. Apalagi tahun ini dirinya sedang butuh biaya besar, anaknya yang nomor dua sedang menyelesaikan kuliah di Universitas Negeri Padang (UNP). Butuh uang banyak untuk wisuda.
“Sekarang dia wisuda, butuh banyak biaya. Kita bisa pinjam dulu, tapi kalau sawah tidak ada air, orang tidak mau meminjamkan uang,” ulasnya.
Firdaus menegaskan, keberadaan irigasi Banda Taluak Bawah adalah urat nadi perekonomian di Nagari Jawi-Jawi. Kini Irigasi ini sudah dibangun permanen dan kokoh. Bekas longsoran yang sebelumnya juga dibuatkan tiang beton yang lebih kuat.
“Waktu itu ada peninjauan dari Pemerintah Provinsi, irigasi itu dijanjikan akan diperbaiki. Alhamdulillah janji itu ditepati, buktinya sekarang irigasi ini sudah bagus dan air pun sudah mengalir kembali ke sawah,”ujarnya.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Banda Taluak Bawah, Alvi mengakui perbaikan saluran irigasi tersebut sangat membantu petani padi di Nagari Jawi-Jawi. Aliran airnya tidak hanya di Nagari Jawi-Jawi tapi sampai 5 kilometer, sehingga juga bisa mengairi lahan pertanian warga di Cupak dan Talang.
“Luas lahan yang dialiri sekitar 5 ribu hektar. Jika air tidak mengalir jelas petani kita akan mati. Karena tanah di sini cocoknya hanya untuk tanam padi, tidak untuk ladang,”kata Alvi.
Diakuinya, irigasi itu sempat putus total 2 tahun lalu. Karena petani sangat butuh aliran air, maka dibuat saluran darurat. Masyarakat swadaya menyumbang membeli terpal dan membentuknya menyerupai got dengan topangan kayu agar air bisa mengalir. Kondisi itu tidak banyak membantu, karena jika hari hujan, terpal itu rawan jebol. Kondisi ini terus berulang, sehingga pasokan air menjadi tidak maksimal.
“Ada saluran air lain, itu harus melewati jauh ke arah barat. Sekitar 1 Km meter dari sini. Saluran itu melewati sawah di kawasan lain dan debit airnya kecil, sehingga tidak efektif jika mengandalkan itu,”ungkapnya.
Diketahui, irigasi yang airnya bersumber dari Banda Gadang, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok ini dibangun kembali oleh Pemprov Sumbar dengan menelan biaya sebesar Rp2,8 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2024.(adpsb/bud)
Discussion about this post