Lagu nostalgia Minang “Dayuang Palinggam” yang sangat populer di tahun 1970-an melalui penyanyi Elly Kasim, dengan syair;
“Elok-elok manyubarang,
Jan sampai titian patah,
Elok-elok di rantau urang,
Jan sampai babuek salah”
adalah suatu pesan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh anak nagari yang merantau di luar sana.
Dulu kami ini (babyboomers) hebat dalam menyampaikan pesan sikap dan moral kepada generasi saat itu. Saat ini “antahlah”, tidak bisa lagi ditebak, mana yang “watercat” dan mana yang “tokoh”;
Sesungguhnya membangun sikap positif, yang disampaikan melalui pesan lirik lagu sangatlah tepat, karena hafalan lirik lagu akan melekat di hati dan di memori yang menyukai lagu tersebut.
Fadly Amran, orang muda yang cerdas dalam membangkitkan olah raga anak nagari yang “terbenam”; selaju sampan di Palinggam mampu mengkombinasi pesan sikap melalui lagu nostalgia Dayuang Palinggam dengan iven cabang olah raga nostalgia “Pacu Sampan” atau “Selaju Sampan”. Kereeeen bukan ?
Kombinasi pesan lirik lagu dan dibarengi dengan iven olah raga: Dayuang Palinggam & Pacu Sampan adalah hal yang sangat luar biasa, dilakukan oleh Fadly Amran (the future leader) sebagai calon walikota Padang next periode. Smart concept. (Konsep yang cerdas).
Babyboomers (nan gaek-gaek) dipastikan akan ter-refresh ingatan-kegembiraannya dimasa lalu. Very Fantastic Idea.
Lagu irama musik “tung-tang, tung-tang” yang kurang disukai babyboomers, janganlah dianggap negatif, anggap saja lagi sakit telinga sewaktu musik itu didengarkan. Bersabarlah, ini cobaan. He, he. He
Discussion about this post