“Karakter kita orang Minangkabau di perantauan harus selalu dipertahankan. Pertama, harus bermanfaat bagi lingkungan, tetapi tidak lupa untuk juga bermanfaat bagi kampung halaman. Karakter kedua, harus berpandai-pandai dalam bermasyarakat. Pepatah mengatakan, ‘di mana sumur digali, di situ air diminum’. Itu harus senantiasa diamalkan,” ucap Gubernur Mahyeldi dalam sambutannya.
Terkait peran serta membangun kampung halaman, Gubernur kembali mengingatkan para perantau untuk senantiasa menjadikan Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan. Rasulullah, kata Gubernur, merantau saat momentum hijrah ke Madinah, akan tetapi tidak pernah lupa akan Makkah, hingga kembali ke kota kelahiran tersebut untuk memacu pembangunan dan kemaslahatan umat.
“Tradisi di perantauan yang kita anut, setali tiga uang dengan tradisi perantauan dalam Islam. Ini kembali menegaskan eksistensi falsafah orang Minang, yaitu Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah,” ucap Gubernur lagi.
Mahyeldi juga menyebutkan, sejarah mencatat bahwa meski pun orang Minang tidak terlalu signifikan secara jumlah atau populasi, tetapi jelas sangat besar kontribusinya dalam mendirikan dan membangun bangsa. Bahkan, hampir 50 persen tokoh-tokoh pendiri bangsa merupakan orang Minangkabau.
*Adat Minang Pakaian Badan*
Dalam perhelatan Urang Minang Baralek Gadang di Kota Tasikmalaya tersebut, digelar berbagai kegiatan seremonial dan kegiatan amal. Bahkan, Gubernur Sumbar ikut berpartisipasi senilai Rp10 juta untuk rencana pembangunan masjid oleh IKM Tasikmalaya. Tidak itu saja, Gubernur juga menyatakan akan melelang pakaian pribadinya, yang kemudian hasil lelang tersebut akan diserahkan sepenuhnya untuk pembangunan masjid tersebut.
Selain itu, Gubernur Mahyeldi juga secara resmi melepas Pawai Budaya Minang di Kota Tasikmalaya. Terkait hal ini, ia menegaskan bahwa adat dan tradisi Minang adalah pakaian bagi badan orang Minang, yang tak akan bisa lepas atau digantikan dengan pakaian mana pun, di mana pun, dan dalam situasi apa pun.
“Warga Minang di mana pun berada, tidak akan pernah lepas dan terputus dari kebudayaan yang dianut. Sebab, itu adalah pakaian bagi kita orang Minang. Beberapa waktu lalu, kami bertemu dengan Riki Elson, urang awak yang lama berkiprah di Jepang, dan dikenal sebagai salah seorang penemu mobil listrik. Ia pun menyatakan kerinduan pada ranah kelahiran,” ucap Mahyeldi lagi.
*Dukungan Kongkrit Pemprov*
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) terus berusaha untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki para perantau untuk membangun Sumbar. Pun sebaliknya, potensi-potensi warga Sumbar juga senantiasa difasilitasi untuk dapat berkibar di kancah nasional, dan bahkan internasional.
“Oleh sebab itu, pada tahun 2017, kita di Pemprov Sumbar membentuk organisasi perangkat daerah yang dinamai Biro Kerja Sama dan Rantau, meski pun pada 2019 nomenklaturnya dievaluasi oleh Mendagri. Lantas, mengapa ini sampai dibentuk, tentu karena kita menyadari besarnya jumlah dan potensi orang Minang di perantauan,” ucap Gubernur lagi.
Oleh karena itu, sambung Gubernur, penguatan kerja sama antara ranah dan rantau, termasuk dalam agenda prioritas Pemprov Sumbar. Terlebih, Desember nanti juga telah direncanakan pertemuan organisasi perantau Minang seluruh dunia, dan sejauh ini sejumlah perantau Minang dari 20 negara telah menyatakan kesiapan untuk hadir dalam pertemuan tersebut.
“Saat acara di Tasikmalaya ini berlangsung, di saat bersamaan juga sedang berlangsung pertemuan perantau Minang di Yogyakarta, dan kita sudah utus Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar untuk hadir di sana. Ini menandakan, bahwa Pemprov Sumbar sangat meyakini bahwa pembangunan di Ranah Minang akan melaju lebih cepat ketika para perantau aktif terlibat,” ucapnya menutup.
*Hubungan Baik Minang – Tasikmalaya Terus Dijaga*
Sementara itu, Ketua Panitia Urang Minang Baralek Gadang yang juga Ketua IKM Tasikmalaya, Syahrial Koto menyebutkan bahwa perantau Minang di kota tersebut masih sangat menjunjung tinggi nilai kebudayaan Minangkabau, serta di satu sisi juga telah menempatkan Kota Tasikmalaya sebagai kampung kedua.
“Alhamdulillah, setelah persiapan kurang lebih tiga bulan, kegiatan ini bisa kita gelar. Kami sangat bersyukur Bapak Gubernur bisa hadir bersama-sama kita di sini. Kota Tasikmalaya adalah kota bagi kami untuk hidup mencari rezeki, serta tempat belajar dan bertumbuh anak-anak kami. Namun, budaya Minang tetap kami anut dan kenakan dalam kehidupan sehari-hari,” ucap Syahrial.
Untuk saat ini, sambungnya, IKM Tasikmalaya tengah merencanakan pembangunan masjid, yang merupakan bagian dari pemaknaan atas empat ketentuan budaya merantau orang Minang ketika mendatangi sebuah negeri, yaitu menyiapkan pandam perkuburan, tepian tempat mandi, Rumah Gadang, serta masjid tempat beribadah.
“Saya pribadi juga bahagia, dulu tahun 1992, orang tua saya pernah bersalaman dengan Gubernur Sumbar saat itu. Alhamdulillah, tahun 2023 ini saya yang disalami Gubernur,” ucapnya lagi.
Sementara itu dalam sambutannya, Ketua DPRD Kota Tasikmalaya yang juga Tokoh Minang, H. Aslim, menyebutkan, rangkaian kegiatan Urang Minang Baralek Gadang di Tasikmalaya secara garis besar memiliki dua tujuan. Pertama, untuk menjalin ukhuwah. Kedua, menggalang dana untuk rencana pembelian tanah wakaf, yang akan digunakan untuk pembangunan masjid oleh IKM Tasikmalaya.
“Tentu kita berharap, dua tujuan besar ini mendapat dukungan penuh dari seluruh unsur terkait, baik perantau, Pemprov Sumbar, dan juga Pemerintah Kota Tasikmalaya,” ucapnya.
Di sisi lain, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tasikmalaya, Ifan Diksan, dalam kesempatan itu ikut menegaskan bahwa kehadiran warga Minang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat di kota tersebut. Ia menyebutkan, bahwa Kota Tasikmalaya adalah kota yang sangat terbuka, sehingga jumlah suku yang bernaung di kota tersebut mencapai 18 etnis kesukuan.
“Kontribusi masyarakat Minang untuk Tasikmalaya tentu sangat besar. Bahkan, Ketua DPRD kita saat ini bersuku Minang. Tentu ini mencerminkan betul betapa baiknya interaksi masyarakat Minang dengan warga suku lain di kota ini. Jadi, implementasi ‘di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung itu’ memang begitu nyata,” kata Ifan.
Menurut Ifan, kesamaan Kota Tasikmalaya dengan Sumatera Barat sebagai daerah yang religius dan memiliki banyak pondok pesantren serta santri, juga membuat hubungan baik antara warga Minang dan warga asli Tasikmalaya semakin terawat. “Dalam kesempatan ini, kami juga mengundang seluruh warga Minang di Tasikmalaya, untuk ikut memeriahkan perayaan HUT kota kita,” ucap Ifan menutup. (adpsb)
Discussion about this post