Oleh
Nesha Fadhilah Luvena
Tenaga medis bekerja di unit perawatan intensif rumah sakit Brescia, Italia, Kamis, 19 Maret 2020.
Sumber: (Claudio Furlan/LaPresse via AP)
Salah satu metode yang dipercaya mampu digunakan sebagai pengobatan covid-19 adalah sel punca.
Cara ini telah terbukti menyembuhkan berbagai macam penyakit berat. Namun, bagaimana perkembangan terapi sel punca untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini. Sebelum itu mari kita berkenalan apa itu sel punca.
Sel punca (stem cell) merupakan induk dari semua sel pada tubuh manusia. Semua sel yang ada ditubuh akan mati setelah meneyelesaikan tugasnya, sebagai gantinya sel punca akan membelah dan berdiferensiasi menghasilkan sel baru dengan tujuan untuk melanjutkan tugas sel yang telah mati.
Sejak Senin, 2 Maret 2020 Indonesia masuk dalam daftar negara yang terjangkit virus corona, dan sampai saat ini keadaanya makin mengkhawatirkan.
Virus ini tidak melihat status sosial, agama, ras, jenis kelamin, umur, bahkan band favorit untuk menginfeksi manusia. Covid-19 dapat mengifeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berat jika menyerang orang lanjut usia (60 tahun ke atas), ibu hamil, perokok, dan orang dengan penyakit penyerta tertentu.
Penelitian mengenai terapi sel punca untuk mengobati pasien covid-19 dengan gejala berat pertama kali dilakukan oleh Uni Emirat Arab. Sementara di Indonesia, penilitian ini diprakarsai oleh tim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dengan Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, SpOT(K) sebagai ketua peneliti.
Penelitian ini merupakan studi multisenter yang dilakukan di 4 Rumah Sakit rujukan covid-19 di Jakarta dan Depok, yaitu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RS Universitas Indonesia, RSUP Persahabatan, dan RSPI Sulianti Saroso.
Meski hingga saat ini terapi stem cell masih menjadi kontroversi, seperti permasalahan yang berkaitan dengan proses pengembangan, pemanfaatan, dan penghancuran embrio manusia. Namun, kontroversi ini hanya menyangkut sel punca embrionik.
Kabar baiknya terapi sel punca untuk covid-19 tidak menggunakan sel punca embrionik, melainkan menggunakan, sel punca mesenkimal (Mesenchymal stem cells) asal tali pusat.
“Untuk sel punca yang dikembangkan oleh FKUI dan RSCM ini adalah sel punca tipe mensenkimal, berdasarkan uji klinis yang kami kerjakan, kami mendapatkan sel punca dari tali pusat bayi,” kata Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, SpOT(K).
“di RSCM kami sudah memiliki bank sel punca yang disimpan dalam suhu -196°C pada Pusat Produksi Sel Punca dan Metabolik di RSCM,’’ lanjutnya.
Seperti yang kita tau ada pasien covid-19 yang mengalami badai sitokin, yang merupakan suatu kondisi rentan. Dalam kondisi normal, protein sitokin membantu sistem imun untuk melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.
Sementara yang dialami pengidap Covid-19, sistem kekebalan tubuhnya bekerja terlalu aktif sehingga berisiko merusak jaringan-jaringan tubuh, bahkan sampai bisa menyebabkan gagal bernapas.
Lalu bagaimana cara sel punca ini bekerja?, berdasrkan keterangan Lena Hayati, guru Biologi SMAN 2 Gunungputri, ‘’Pada pasein covid-19 terapi stem cell mansenkimal (SSM) dapat mengontrol inflamasi (peradangan) tubuh yang berlebihan, sehingga dapat mengurangi mortalitas (ukuran kematian rata-rata) pasien’’.
‘’… sel punca yang diberikan akan tersangkut dalam kapiler paru-paru maupun beredar ke sistemik menuju organ-organ lain yang mengalami kerusakan, dengan sel punca, sel-sel tunas dapat meningkatkan ketahanan hidup pasien covid-19 dengan gejala berat dan kritis,’’ lanjut Lena.
Prof. Ismail menjelaskan, penelitiannya dilakukan pada 40 pasien covid-19 kategori kritis di empat rumah sakit rujukan. Sebanyak 20 pasien mendapatkan terapi standar ditambah terapi sel punca, sementara 20 pasien lain hanya mendapatkan terapi standar. “Semua pasien kategori kritis,” tutur Prof Ismail.
Hasil penelitian yang baru diterbitkan dalam jurnal internasional “STEM CELLS Translational Medicine’’ juga menjelaskan bahwa pasien covid-19 kategori kritis yang mendapatkan terapi sel punca memiliki tingkat keberlangsungan hidup 2,5 kali lipat lebih tinggi. Jika dilihat dari penyakit penyerta, pasien yang mendapatkan terapi sel punca terukur memiliki tingkat keberlangsungan hidupnya 4,5 kali lipat daripada pasien yang terkontrol. Sebagai catatan, pasien covid-19 kategori kritis memiliki angka mortalitas (ukuran kematian rata-rata) sebesar 83 persen.
Prof Ismail menjelaskan penerapan sel punca sebagai terapi adjuvan bagi pasien covid-19 menjadi harapan, terutama bagi pasien dengan penyakit penyerta.
Discussion about this post