UTUSANINDO.COM, Jakarta — Presiden RI kelima, Putri Proklamator bangsa Hj Megawati Soekarno Putri pada sebuah webinar menyebut Sumbar kini beda.
Ungkapan Ibu Megawati pun viral di banya media sosial, seperti Ketua DPD Partai Demokrat Sumatera Barat, Ir. H. Mulyadi apa yang disampaikan oleh Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati tentang perbedaan Sumbar dulu dan sekarang bisa dianggap sebagai masukan berharga untuk masukan untuk Sumbar.
“Kita anggap ungkapan ibu Megawati tersebut sebagai ujud perhatian dan kecintaan beliau terhadap Sumatera Barat,”ujar Mulyadi kepada pers di Padang, Sabtu 14 Agustus 2021.
Mulyadi yang juga peraih suara terbanyak Pileg 2019 se-Sumbar ini menilai, setiap kritikan atau masukan harus bisa diterima dari siapa pun termasuk dari Megawati.
“Sumbar itu provinsi percontohan demokrasi, bahkan bisa dikatakan ibu demkrasi di Indonesa ini. Sehingganya, jika memang ada kebenarannya yang disampaikan Megawati tak perlu ditutupi,” ujar Mulyadi.
Mulyadi berharap masukan dari siapapun bisa memacu semangat dalam membangun Sumbar ke depan yang mampu melahirkan tokoh-tokoh mumpuni untuk tingkat nasional.
“Kita tidak boleh “tibo di mato dipiciangkan tibo di paruik dikampihan”. Kalau faktanya memang ada kekurangan harus kita akui. Yang lebih penting itu kita menyadari kekurangan tersebut dan mencari apa penyebabnya, sehingga kita bisa memperbaikinya ke depan,” jelas Mulyadi.
Mulyadi menduga kegelisahan Megawati dikarenakan adanya kecenderungan kelompok tertentu yang berupaya menggeser politik kinerja ke politik agama yang pastinya tidak produktif.
“Ini pun saya rasakan pada Pilkada 2020 silam. Banyaknya hoaks dan fitnah untuk menjatuhkan kompetitor demi tujuan kekuasaan semata,” ungkap Mulyadi.
Berpolitik seperti yang dialami Mulyadi dan Megawati resah, kata Ketua DPD Partai Demokrat Sumbar sebetulnya bukanlah karakteristik masyarakat Sumatera Barat dalam berdemokrasi.
“Tetapi mereka tidak peduli bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan perpecahan di tengah-tengah masyarakat yang bisa berdampak jangka panjang,” ungkapnya.
Mulyadi mengatakan, nafsu ingin menjadi pemimpin yang orientasinya kekuasaan dengan menghalalkan segala cara bisa merusak tatanan sosial dan politik yang ada di masyarakat.
Oleh karena itu, proses demokrasi menjadi kurang bermutu, yang tentunya berdampak kepada kualitas pemimpin yang dihasilkan. Sehingga harus terus ada perbaikan.
“Kalau caranya begini, bagaimana mungkin kita bisa melahirkan pemimpin-pemimpin hebat seperti dulu lagi. Inilah salah satu pertanyaan mendasar yang di sampaikan Bu Mega. Kita harus akui, suka tidak suka Sumbar tidak lagi menghasilkan pemimpin hebat seperti dulu,” ucapnya.
Sebelumnya, Megawati menyampaikan pernyataan tentang kurangnya bermunculan tokoh-tokoh dari Sumbar akhir-akhir ini. Hal itu disampaikan pada Webinar Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa di kanal Youtube Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDIP, Kamis 12 Agustus 2021.
“Dulu saya tahunya tokoh dari Sumatera Barat, kenapa menurut saya (sekarang) tidak sepopuler dulu atau memang tidak ada produknya? Padahal Sumatera Barat ketika sebelum kemerdekaan sampai setelah merdeka sampai selesai juga Bung Karno (sebagai presiden) itu kan tokoh-tokohnya luar biasa, ya,” kata Ibu Mega di webinar tersebut. (***)
Discussion about this post