UTUSANINDO.COM, (MUARO LABUH) – Sam Salam Datuk Rajo Katik mengatakan, sumber daya mineral Solok Selatan milik Negarauntuk kepentingan rakyat.
“Solok Selatan terkenal dengan emas, ini bukan mitos cerita negeri antah berantah tentang harta karun disuatu pulau atau gunung yang diserbu oleh para ahli archeolgy dan pembisnis harta karun. De facto; memang ada emas di Solok Selatan, De jure terindikasi illegal,” ujar Sam Salam melalui keterangan tertulis kepada UTUSAN INDO COM, Minggu, 20 September 2020.
Menurut Sam Salam , pertanyaannya, bolehkah ditambang secara legal untuk kepentingan rakyat.
“Tentu ada aturan selagi tidak di hutan lindung, atau punya akibat buruk pada lingkungan hidup. Ini sangat “normatif”,” ujar Salam Salam.
Lanjut Sam Salam, indikasinya Illegal Mining sama dengan illegal logging pengaruh atau tak terpengaruh terhadap lingkungan hidup.
“Toh, hutan gundul juga bahkan ada spesi kayu yang hilang sama sekali kayu ramin,” ujar Sam Salam
Dikatakan Sam Salam, diyakini kalau tak diselesaikan masalah tambang emas ini. Toh emas akan habis juga, sama hal nya dengan Illegal Logging.
“Tahapan Emas Solsel, pada beberapa puluh tahun lalu dimulai menambang emas melalui “dulang”. Generasi ini disebut Generasi Dulang, penduduk mendulang emas secara traditional disepanjang sungai, sedikit emasnya, sedikit dampaknya,” ujar Salam
Ditambahkan Sam Salam, tahap berikutnya sekitar 20 tahun yang lalu mereka menambang, sesuai teknologi saat itu teknologi penghisap, yang terkenal dengan generasi “Dompeng” menggali pinggiran sungai sampai 10 meter kedalamannya dan menghisap pasir emas.
“Ribuan orang penambang emas pada generasi ini datang dari berbagai pelosok Indonesia yang punya pengalaman mendulang emas melalui “dompeng”,” kata Sam Salam.
Dijelaskan Sam Salam, lebih banyak hasilnya tentu lebih banyak dampaknya. Generasi 10 tahun terakhir, adalah generasi Excavator; memindahkan material pasir emas dari suatu tempat ke tempat lain; cara kerjanya lebih sedikit modern.
“Solok Selatan didatangi oleh investor dari luar, karena banyak masyarakat tak punya daya beli untuk sebuah excavator. Dampaknya tentu selalu ada, namun sebagian uang untuk rakyat Solok Selatan berpindah kepada Investor. Beda dengan Generasi “mendulang”,” ujarnya.
Dikatakan Sam Salam, saat ini Solok Selatan menghadapi pilkada memilih pemimpin yang tepat untuk rakyat Solok Selatan.
Masyarakat berharap kepada pemimpin yang baru nantinya akan dapat menyelesaikan permasalah “Illegal Mining” di Solok Selatan, dengan mengambil kebijakan dalam hal perizinan; “tambang rakyat” untuk kepentingan masyarakat domisili Solok Selatan.
“Pemimpin Pro-Rakyat sangat didambakan oleh masyarakat Solok Selatan, yang mengeluh “ ayam batalua diateh padi tapi mati kelaparan, itiak baranang ateh aia, tapi mati kehausan (Orang yang memunyai tanah yang luas atau mempunyai harta yang banyak tetapi kehidupannya selalu dalam kesulitan, karena tidak pandai memamfaatkannya,” ujarnya.
Lagi Kata Sam Salam, metoda Pro-Rakyat tentu tidak mudah, dan tergantung pada pemimpinnya. Sesuai permintaah masyarakat dalam suatu Group WA “Memilih Pemimpin Solok Selatan” berharap; Izin yang dikeluarkan nantinya harus untuk kepentingan masyarakat Solok Selatan.
“Dan bukan untuk para “kapitalis” yang hanya mencari keuntungan di daerah kami dan membawa keuntungannya tersebut untuk daerah lain. Mohon pikirkan nasib kami pak Paslon, begitu kata mereka, ” ujar Sam Salam.(chan)
Discussion about this post