UTUSANINDO.COM, PADANG- Wajah ceria bayi usia lima bulan yang baru pandai merangkak itu kini tiada. Digantikan oleh mata yang sayu dan sering tertutup. Infus tertempel di tangannya.
Qaiff Hanan Leandra, bayi asal Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) itu harus dirawat di rumah sakit karena didiagnosa mengalami intususepsi/invaginasi sekaligus hernia. Putra pasangan Windra (36) dan Ningsi Nofrida (40) itu, dari keterangan kedua orangtuanya, dinyatakan ada dalam kondisi yang kritis saat ini.
Rabu (12/8/2020), dijelaskan oleh orangtuanya, bermula dari sang bayi mengalami kejang saat itu, Qaiff kemudian dibawa berobat kampung oleh orangtua. Namun, esok hari, keadaan Qaiff bukannya membaik, bayi yang tadinya lincah tersebut kemudian mengalami demam tinggi dan perutnya terlihat sangat padat. Sesekali Qaiff terlihat seperti terkejut-kejut.
“Kami langsung bawa ke Puskesmas, yang kemudian langsung dirujuk ke RSUD Painan. Dirawat sebentar, kemudian dirujuk ke Padang. Tiba di RSUP M. Djamil, didiagnosa usus berlipat. Kata dokter, usus kecil bergeser masuk ke dalam usus besar. Selain itu, ada usus buntu pula,” terang sang ibu, Ningsi.
Dikatakan, Qaiff masih dirawat di ruang perawatan intensif di rumah sakit, PICU (red-Pediatric Intensice Care Unit). Qaiff masih belum boleh ditemui kecuali oleh orangtuanya, itupun secara bergantian dan waktu sebentar-sebentar.
Diakui oleh Ningsi, dirinya pernah dijelaskan oleh pihak rumah sakit, bahwa biaya menginap di ruang PICU cukup mahal. Saat itu, dia hanya bisa mendengar.
“Pernah orang rumah sakit menyebutkan pada Saya, apakah Saya tahu biaya rumah sakit bisa mahal. Untuk sewa kamar saja Rp1,5 juta. Belum lagi ada obat yang sekali masuk itu harganya Rp1,6 juta. Itupun entah akan berapa kali dimasukkan obat itu. Baru itu penjelasan yang Saya terima,” terang Ningsi lagi.
Kondisi ini semakin sulit mengingat Qaiff tidak terdaftar dalam program Kartu Sehat ataupun BPJS Kesehatan.
“Penyakit ini mendadak. Kami juga ingin mengurus Jamkesmas, tapi sampai sekarang belum bisa. Kalau diurus sekarang, kata orang rumah sakitm, waktunya 3 x 24 jam. Dak terburu,” sebut sang ayah, Windra.
Pria yang biasa kerja serabutan ini mengaku saat sekarang masa sulit bagi dirinya dan istri. Orangtua empat orang anak ini harus menghabiskan waktu mereka di Padang, menunggui sang bayi yang sedang berjuang dengan penyakit, sehingga si bapak saat ini tidak bisa bekerja. Sementara, kebutuhan harian, setidaknya untuk biaya makan, tetap saja harus dipenuhi.
Diakui, pihaknya sudah mengajukan surat permohonan bantuan kepada Baznas Pesisir Selatan, yang hasilnya masih belum diketahui. (***)
Discussion about this post