UTUSANINDO.COM, (Padang) – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Tamansiswa Padang (Unitas) menjadi inisiator seminar nasional, bertajuk “Mengupas Sejarah Perjuangan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Dari Zaman Kolonial Sampai Mileneal,”.
Karena suasana masih dalam masa new normal atau pola kehidupan baru, maka seminar dilakukan dengan cara webside mempergunakan zoom meeting, atau disebut Webinar.
Webinar yang sekaligus pengukuhan BEM UNITAS se-Sumatera tersebut juga dalam rangka hari ulang tahun Tamansiswa ke-98, dikuti
sekitar 236 peserta dari berbagai perguruan tinggi negri maupun swasta se-Indonesia.
Adapun perguruan tinggi yang mengikuti Webinar tersebut adalah, Unitas Padang, Unitas Palembang, UST Jogjakarta, UMMY Solok, Unes Padang, Univ. Sriwijaya, UIGM Palembang, Poltek Medan, Universitas Jambi, UIN Raden Fata Palembang, UIN IB Padang, Univ. Katolik Santo Medan, poltek Sekayu, Univ. Musamus merauke, STIK Bina Husada Palembang, UNS, UPI YPTK Padang, Univ. PGRI Palembang, UIN Suska Riau, UNP, UMSU Medan, UST Yogya, Uniks Kuansing, POLBANGTAN Medan, Univ. Sebelas Maret, Univ. Musi Rawas, Univ. Mpu Tantulae Jkt, Stikes Dharma Landbow Padang, Univ. Bina Darma, INSTIPER Jogjakarta, ditambah dengan peserta umum atau alumni.
Webinar tersebut dibuka langsung Ki Jal Atri Tanjung, dengan pembawa acara Lika Yulian Finesha Presma UNITAS Palembang, selanjutnya moderator diskusi Israk Namuhamdilah, Presma UNITAS Padang.
Adapun pemakalah acara Webinar diisi 3 pemateri yakni,Kabid Pendidikan dan Kebudayan Unitas Padang Ki Jal Atri Tanjung, Rektor Unitas Palembang DR. Azwar Agus, SH. M.Hum dan Rektor Unitas Padan Sepris Yobaldi, SE.ME, berlangsung cukup lancar tanpa ada gangguan yang berarti.
Dalam diskusi terungkap, saat ini makin memudarnya nama besar Ki Hajar Dewantara sebagai pejuang dimata masyarakat Indonesia, dikarenakan tergerus oleh westernisasi, sehingga masyarakat lebih mementingkan popularitas tanpa pernah mau mengingat lagi sejarah.
“Lambat laun nama Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan dan Taman Siswa sebagai tempat mendidik anak bangsa makin memudar, karena generasi saat ini tergerus dengan westernisasi dan mudah melupakan sejarah, lebih membanggakan popularitas semata,” ulas Hal Atri, yang juga seorang advokaad.
Sekaitan dengan acara Webinar tersebut, ketua panitia Rendy Novemulya didanpingi Dirjend Kominfo Wulan Inayah Novrianto Putri mengatakan, acara ini dibuat untuk membangkitkan kembali nilai-nilai luhur Taman Siswa, dimana generasi mendatang masih mau mengingat sejarah pendidikan.
“Kami generasi muda saat ini tidak ingin generasi mendatang lupa akan sejarah bangsa, sehingga tidak bisa mempertahankan nasionalisme bangsa,” ungkap Rendy.
Hal tersebut dipertegas Wulan Inayah NP, dimana kehormatan bangsa terletak pada bagaimana semua orang bisa menghargai jasa pahlawan.
“Kita ada dan bebas bersuara saat ini karena jasa para pendahulu yang sudah berjuang untuk semua ini, jangan pernah lupakan sejarah, termasuk sejarah pendidikan dimana pelakunya adalah Ki Hajar Dewantara, dengan Taman Siswa-nya dengan lambang Garuda Cakra,” ulas Wulan.
Ditambahkannya, sampai saat ini lambang Garuda Cakra serta motto yang diajarkan Ki Hajar Dewantara masih tetap ada, yakni Tutwuri Handayani, dengan arti dibelakang sebagai pendorong, agar didepan bisa maju membangun negri ini.
Webinar yang berlangsung sekitar 2 jam tersebut, ditutup secara resmi Rektor Unitas Padang Sepris Yonaldi, dengan kesimpulan tetap berpegang teguh pada janji suci Ki Hajar Dewantara, mendidik anak bangsa, menuju merdeka sesuai perkembangan zaman.(nov)
Discussion about this post