UTUSANINDO.COM,(PADANG) – Berawal dari bincang-bincang di WAG akhirnya acara sharing publikasi internasional yang digagas oleh para dosen yang tergabung dalam Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) terlaksana dengan sukses pada hari Sabtu 13 Juni 2020 melalui zoom meeting.
Ini merupakan gebrakan besar OIAA mengingat acara ini mampu memberikan warna tersendiri bagi alumni Al-Azhar Mesir.
Berangkat dari keinginan untuk bersama-sama memberikan yang terbaik bagi negeri, para dosen OIAA menghelat acara ini dengan mengahadirkan para azhariyin dan azhariyat sebagai narasumber yang berkualitas. Mereka adalah para alumni Al-Azhar yang berpengalaman dalam publikasi Internasional dari hasil riset yang dilakukannya.
Salah seorang dari narasumber bahkan merupakan anggota editorial Board Jurnal Internasional bereputasi di Negeri Kangguru. Ini jelas menjadikan acara ini semakin gayeng dan berbobot.
Antusias peserta pun layak diacungi jempol. Selain dihadiri oleh lebih dari 122 peserta, diskusi yang berjalan pada acara itu pun sangat produktif sehingga tak terasa acara berjalan sampai empat jam lamanya.
Setelah dibuka dan dimeriahkan oleh Lagu Indonesia Raya, ketua OIAA Indonesia TGB Dr. Zainul Majdi, MA menyampaikan keynote speech yang menyegarkan memori para dosen azhariyin terkait kapasitas mereka sebagai dosen. TGB menegaskan bahwa Azhariyin sampai kapan pun adalah _muta’allim_ dan _bāhits_ secara bersamaan.
Seorang Azhary harus selalu terpacu untuk belajar dan menjadi pembelajar yang baik dan pada saat yang sama harus menjadi peneliti yang handal. Sebagai kelompok terpelajar para dosen alumni Al-Azhar harus berkontribusi secara nyata bagi pembangunan bangsa sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Tradisi belajar yang didapat saat studi Al-Azhar harus menjadi kekuatan dan modal dalam melakukan riset-riset yang berkualitas.
Dalam paparannya, TGB juga mengungkapkan optimismenya terhadap para dosen alumni Al-Azhar akan kapabilitas mereka sebagai para peneliti dan penulis yang produktif.
Masuk pada sesi sharing publikasi, dipandu moderator Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc, MA narasumber pertama Prof. Dr. Syihabudin Qalyubi, Lc, MA Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berbagi pengalamannya terkait strategi menuju Guru Besar.
Menurutnya, para dosen alumni Al-Azhar harus memahami secara tepat makna linearitas dalam konteks jabatan fungsional. Pendidikan yang ditempuh, karya-karya yang dipublikasikan dan penugasan adalah tiga hal penting dalam konteks linieritas yang harus menjadi perhatian dalam perjalanan menuju Guru Besar. Prof. Syihab menyarankan agar para dosen khirrij Al-Azhar tidak abai terhadap aturan dan pedoman terkait jabatan Guru Besar. Hal ini agar cita-cita menjadi Guru Besar dapat terwujud dengan lancar dan tanpa hambatan. Dan yang tak kalah pentingnya menurut beliau adalah upaya mengetuk “pintu langit” agar semua ikhtiyar mendapat ridha dan kemudahan dari yang Maha Kuasa. Aamiin…
Agak berbeda dengan Prof Syihab, narasumber kedua Prof. Dr. Eka Putra Wirman, MA yang juga menjabat Rektor UIN Imam Bonjol Padang mengawali paparannya dengan nasehat agar setiap dosen alumni Al-Azhar jangan membiarkan peluang menjadi Guru Besar terlewatkan begitu saja. Keahlian yang dimiliki tiap _khirrīj_ harus diwujudkan dalam bentuk kontribusi akademik yang berkualitas sehingga memudahkan saat pengajuan usulan Guru Besar.
Terkait publikasi internasional, Guru Besar Bidang Akidah Filsafat ini mengajak para dosen _khirrīj_ Al-Azhar untuk beradaptasi dengan sistem yang berlaku saat ini.
Dalam bahasa lebih akademik, beliau menggambarkan bahwa antara _al-Ashālah_ dan _al-Mu’āshirah_ harus ditampilkan dalam format interkoneksi dan dialektik dalam publikasi Ilmiah internasional saat ini.
Alumni Al-Azhar yang kenyang dalam tradisi al-Ashalah dan Turāts harus mampu melandingkannya ke dalam studi-studi kontemporer saat ini. Tradisi al-nash yang kuat dalam model studi di Al-Azhar harus didialogkan dengan _al-wāqi_ yang selalu dinamis. Demikian Prof. Eka menegaskan.
Sesi sharing semakin hangat dengan paparan dari Narsum ketiga M. Arief Mufraini, Ph.D. Pakar ekonomi Islam dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini berbagi tentang hal-hal penting yang merupakan kata kunci dari strategi publikasi ilmiah Internasional. Menurutnya jangan sekali-kali merasa sulit dalam mempublikasikan hasil riset di jurnal-jurnal Internasional mengingat sudah sangat banyak aplikasi dan software yang dapat memenuhi kebutuhan para periset dalam publikasi karyanya yang disebut dengan Artificial Intelligent.
Aplikasi seperti Mendeley, Gramarly, Zotero dan sejenisnya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam memproduksi sebuah artikel publikasi di jurnal Internasional. Artinya tidak ada alasan bagi para dosen khirrij utk abai terhadap publikasi ilmiah internasional. Meski diakuinya bahwa hasil riset yang dipublikasikannya di journal-journal terindeks Scopus berbau positivistik, itu tidak berarti bahwa para dosen khirrij boleh menutup mata darinya.
Dalam bidang Ekonomi Islam model riset positivistik juga sangat bermanfaat untuk mengenalkan sistem keuangan syariah kepada khalayak global seperti yang dilakukannya saat melakukan riset ekonomi Islam di Negeri pizza Italia.
Sementara tiga Narasumber lainnya dua srikandi azhariyat Eva F. Nisa, Ph.D., Ai Fatimah Nur Fuad, Ph.D., dan Saifuddin Zuhri, Ph.D menambah semakin tajamnya sesi sharing publikasi Internasional. Berlatar belakang Pengajar di ANU Australia dan Editorial Board jurnal Internasional Bereputasi, Eva memberikan tips-tips dan strategi publikasi di jurnal Internasional.
Hati-hati dengan jurnal predator agar tidak mengalami kerugian publikasi, tegas Eva . Menurutnya untuk menghasilkan publikasi yang baik, setiap dosen harus menumbuhkan passion dalam riset dan publikasi karena ini adalah modal bagi kelanjutan kerja-kerja riset seterusnya.
Jadikan riset dan publikasi itu sebagai aktifitas yang menyenangkan bukan aktifitas menakutkan apalagi membosankan. Hanya ada dua pilihan bagi dosen publish or perish. Artinya tanpa publikasi keberadaan seorang akademisi itu dipertanyakan tapi dengan publikasi nyatalah keberadaan seorang akademisi.
Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Ai Fatimah Nur Fuad, Ph.D bahwa publikasi harus berasal dari riset yang baik yang dilakukan dengan prosedur yang baik. Karena itu pesannya jadikanlah kegiatan riset sebagai awalan dari kerja publikasi. Riset yang baik akan memudahkan dosen dalam penyiapan artikel publikasi dan memberi peluang lebih besar untuk diterima oleh jurnal bereputasi.
Ciptakan aspek kebaruan dari artikel riset yang disiapkan agar kontribusi keilmuannya terlihat nyata dan menarik hati para editor untuk menerbitkannya.
Last but not least, Narasumber terakhir Saifudin Zuhri, Ph.D. menutup sesi sharing dengan pengalaman publikasinya di Jurnal Internasional. Meski dengan suara terputus-putus karena tidak stabilnya sinyal di kotanya, Saifudin berhasil menggugah para peserta tentang bagaimana merumuskan teori dan argumentasi dalam artikel publikasi Internasional. Dalam paparannya menunjukkan bahwa tema-tema biasa dalam kajian Islam bisa berubah menjadi luar biasa dan menarik khalayak global jika dikemas dengan organisasi artikel yang sistematis dan argumentatif.
Di akhir acara Dr. Willy Octaviano atas nama OIAA Indonesia menyampaikan dukungannya jika dikehendaki adanya follow up dari acara ini baik dalam konteks penguatan organisasi maupun capacity building dosen dan periset OIAA Indonesia.
Maju terus dosen Khirrij Al-Azhar dan selamat berkarya.(Rel/MIH)
Discussion about this post