UtusanIndo.com,(Padang)- Beberapa waktu lalu Anggota DPR RI terpilih Andre Rosiade mempermasalahan Predatory Pricing oleh perusahaan semen dari China.
Terkait persoalan tersebut Kadin Sumbar ikut berkomentar.
Wakil Ketua Umum Kadin Sumbar mengatakan, praktek predatory pricing adalah bentuk diskriminasi harga dengan alasan yang beragam misalnya dengan menekan harga variable costs atau perusahaan menyatakan bangkrut dan menjual sisa stok barang di pasar terbuka, banyak alasan lain kenapa perusahaan melakukan praktek predatory pricing.
“Menanggapi usaha anggota DPR RI Andre Rosiade dalam hal Predatory Pricing dapat dipahami, ” ujar Sam Salam kepada utusanindo com, Senin, 2 September 2019.
Menurut Sam Salam, Predatory Pricing tidak selalu bertujuan negatif monopoli, alasan yang paling sering pengusaha melakukan Predatory Pricing adalah merebut market share agar bisa eksis dipasar.
“Setelah produk dikenal, harga akan menjadi kompetitif, apakah itu dianggap against the rule,” ujar Sam Salam
Menurut Sam Salam, Predatory Pricing pada saat tertentu banyak dilakukan pengusaha, karena harga banyak diatur oleh pengaruh invisible hand.
“Di negara kita kasus ini pernah terjadi pada sektor transportasi online taksi dan penyedia layanan jaringan seluler. Grab diduga menerapkan sistem predatory pricing yang menyebabkan iklim persaingan tidak sehat dalam sektor transportasi online,”ujarnya.
Lanjut Sam Salam, yang paling penting adalah untuk mewaspadai terjadinya praktek monopoli pasar dikuasai oleh satu perusahaan saja, yang akan mengurangi pilihan konsumen yang akan memicu kenaikan harga yang tinggi dalam kurun tertentu yang panjang.
“Namun jangan samakan predatory pricing dengan persaingan ketat yang kompetitif,”ujarnya.
Dikatakan Sam Salam, perang harga sangat bagus untuk konsumen, apabila semua perusahaan dapat bertahan di tengah persaingan itu, dalam hal indikasi adanya predatory pricing dalam harga semen di Indonesia, sangat kompleks menditeksinya, apalagi semen tersebut impor dari Luar Negeri.
“Ini akan menjadi PR yang sangat berat bagi Bung Andre Rosadi untuk menindaklanjutinya di zaman globalisasi ini pengusaha dengan mudah memasukan barang salah satunya melalui ali baba online atau yang sejenis,” kata Sam Salam.
Dilain pihak, kalau harga Semen Padang yang sudah berlogo Semen Indonesia dipatok seharga Rp. 100.000,- apakah konsumen akan berhenti untuk memperbaiki dapurnya yang runtuh.
“Kebijakan ini sangat diperlukan oleh konsumen, dan ini akan menjadi PR juga bagi wakil kita yang duduk di DPR RI,”ujarnya
Semen Indonesia tahun lalu mengakuisisi 80 % saham Holcim senilai 13,57 triliun, berarti menambah konsolidasi perusahaan semen bagi Semen Indonesia yang telah ada PT. Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa, Thang Long Cement Company, dan Hocim Indonesia Tbk menjadi solusi Bangun Indonesia Tbk Ini yang saya maksud; kalau harga semen dipatok menjadi Rp. 100.000,- per saks, bagaimana dengan kemampuan konsumen
“Perusahaan China bisa kenapa kita tidak, apalagi dalam masa sulit begini, dunia usaha sangat memerlukan harga yang kompetitif,
apalagi sudah menjurus ke de facto monopoly, perlu juga mencari solusi yang terbaik bagi konsumen untuk mencari tahu apakah ada kemungkin untuk semen lokal menurun harga agar dapat menyaingi harga impor tersebut,”ujarnya (can)
Discussion about this post