UtusanIndo.com. Taiwan tengah menjajaki peluang kerja sama dengan Indonesia khususnya di sektor manufaktur guna memperkuat perekonomian kedua negara. Sektor yang potensial untuk dikolaborasikan, antara lain industri perkapalan, pengolahan logam, ICT & Smart City dan teknologi bahan pangan.
“Jika kita melihat dari neraca perdagangannya, Indonesia surplus terhadap Taiwan. Namun, masih ada kesempatan besar dalam meningkatkan neraca perdagangan kita dengan mengoptimalkan sumber daya industri sehingga dapat melengkapi satu sama lain,” kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta, Kamis (9/8).
Pada tahun 2017, total perdagangan kedua negara mencapai USD 7,4 miliar dan Taiwan berada di peringkat ke-11 sebagai mitra impor maupun ekspor perdagangan global Indonesia. Sementara itu, jumlah investasi langsung Indonesia di Taiwan sebesar USD32,2 miliar.Sedangkan,penanaman modal langsung Taiwan di Indonesia sekitar USD397 juta menjadikan Taiwan sebagai investor urutan ke-14 terbesar Indonesia.
Putu menyampaikan, para pelaku industri Taiwan didorong agar terusmeningkatkan investasinya sekaligus bermitra dengan pengusaha di Indonesia sehingga diharapkanIndonesia menjadi basis produksi baik untuk pasar domestik maupun internasional.
Tersedianya kawasan industri terintegrasi, termasukyang ada di luar Jawa, merupakan potensi investasi besar bagi Taiwan. Apabila dilihat dari potensi sektor manufaktur dengan karakteristik kawasanindustri, misalnya perusahaan perkapalan berpeluang untuk berinvestasi di kawasan industri JIIPE Gresikatau di Tenggamus. Sedangkan, produsen pengolahan makanan dan bioteknologi, bisa beroperasi dikawasan industri Kendal, Batamindo atau Sei Mangkei.
“Lebih lanjut, kami juga mengajak kepada para perusahaan Taiwan yang ada di Indonesia untuk ikut berpartisipasi aktif mewujudkan peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam upaya memasuki era ekonomi digital,” tuturnya.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi kepada Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) bersama Federasi Industri Taiwan (CNFI) yang telah menyelenggarakan “Indonesia-Taiwan Industrial Collaboration Forum(ITICF)”pada 6 Agustus 2018 lalu, di Jakarta.
“Dari forum tersebut, dapat memberikan berbagai inspirasi dan ide, termasuk bentuk investasi dalam upaya implementasi model bisnis digital untuk memajukan dan meningkatkan daya saing industri kedua negara di era industri 4.0 saat ini,” paparnya.
Forum yang dihadiri 500 orang dengan mengundang pihak pemerintah dan pelaku industri dari Taiwan dan Indonesia itu membahas beberapa peluang kerjasama ekonomi bilateral ke depannya, seperti peningkatan kerjasama teknik melalui pertukaran tenaga ahli serta training; penjajakan promosi investasi serta kolaborasi industri, dan penjajakan kerjasama lainnya yang menjadi keandalan kedua negara.
Dalam acara ITICF, ditandatangani enam buah Memorandum of Understanding (MoU) yang terdiri dari 3 MoU di sektor swasta meliputi antara Universitas Bina Nusantara (BINUS) dengan Industrial Economics and Knowledge Center-IEK Taiwan di bidang kerjasama pelatihan dan inovasi industri; PT. Kingda Marine Technical Indonesia dan FunzSan Industry Co. LTD di bidang business and technical service of fishing machine and deck machine, serta PT Terang Parts Indonesia dan Jarvish Inc di bidang helm pintar.
Selanjutnya, tiga MoU dalam hal kerjasama pengembangan desain industri kreatif dan kemasan pada sektor IKM, kerjasama di bidang makanan dan minuman, serta kerjasama industri sains dan teknologi logam yang ditandatangani oleh Kepala KDEI dengan mitra dari Taiwan.
Dalam rangkaian acara ITICF tersebut juga diselenggarakan sesi one on one business matching yang dibagi dalam empat subforum, yakni SubforumShip Building, Subforum ICT and Smart City, Subforum Food and Bio Technology dan Subforum Metal. Dari hasil subforum tersebut, disepakati untuk melakukan dialog lebih teknis dan intensif yang diwujudkan pada pertemuan Food Dialogue dan Metal Dialogue yang akan datang.
Untuk mempromosikan investasi di kawasan Industri, sebanyak 17 pengelola kawasan Industri turut terlibat dalam mempromosikan lokasinya. Kawasan industri tersebut antara lain Kawasan Industri Jababeka, Kawasan Industri Karawang International Industrial City (KIIC), Kawasan Industri Modern Cikande, Kawasan Industri Jakarta Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) serta Kawasan Industri Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER).
Selanjutnya Kawasan Industri Wijayakusuma, Kawasan Industri MM2100, Kawasan Industri Suryacipta, Kawasan Industri CFLD, Kawasan Industri Artha Industrial, Kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kawasan Industri Kabil, Kawasan Industri Tanggamus, Kawasan Industri Kendal, Kawasan Industri Batamindo, Kawasan Industri Medan, dan Kawasan Industri Sei Mangkei.
Para peserta ITICF juga diajak meninjau langsung industri dan kawasan industri pada tanggal 7-8 Agustus 2018 guna lebih memberikan gambaran mengenai kapasitas industri Indonesia. Perwakilan pimpinan perusahaan dan lembaga Taiwan mengunjungi beberapa industri di kawasan industri Cikande, antara lain First Cable, Sokonindo, Nippon Indosari, Sorini Agro, Bumi Lestari dan Newland Steel. Peserta juga mengunjungi kawasan industri Jababeka (Bumi Cikarang, G-Shank, dan Liwayway) serta industri lain seperti PT Kampuh Welding Indonesia (Cikarang), Blue Bird Group dan PT Samudra Marine Indonesia di Cilegon sebagai rangka penjajakan investasi dan kolaborasi di sektor Industri. (relis)
Discussion about this post