UtusanIndo.com,(Jakarta) – Partai Golkar menyatakan suara Partai Demokrat yang mewacanakan duet Jusuf Kalla (JK)-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) usai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan dinamika politik yang wajar.
Sebelum putusan MK, mantan Ketua Umum Partai Golkar itu juga menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sekaligus bertemu dengan AHY.
“Saya pikir itu suatu dinamika politik yang wajar, saat seorang tokoh politik dengan tokoh politik bertemu tentunya banyak tafsir tentang hasil pertemuan itu. Nah itu lah yang akhirnya orang berpikir ‘wah pak JK akan maju lagi’, tetapi kita tunggu saja,” kata Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk Fredrich Paulus di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Jumat (29/6).
Partai Golkar menurutnya menghargai putusan MK yang menolak gugatan terkait masa jabatan presiden dan wakil presiden. Menurutnya, JK pun sudah mengambil sikap untuk beristirahat dari dunia politik usai purnatugas sebagai wakil presiden.
“Dari beberapa statemen yang saya dengar sendiri dari ketum dari beberapa informasi komunikasi dengan Pak JK beliau sampaikan, Pak JK tidak akan maju atau mencalonkan diri sebagai capres. Itu yang kami tahu, di dalamnya bagaimana tentunya hanya Allah yang tahu dengan Pak JK sendiri,” katanya.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menambahkan partainya tetap konsisten mendukung Presiden Joko Widodo pada pilpres 2019, meski ada wacana tersebut.
Menurutnya, wacana mengusung JK sebagai capres baru keluar dari Demokrat.
“Jadi Pak JK-nya sendiri belum secara eksplisit akan maju. Intinya adalah bahwa Golkar konsisten dukung Pak Jokowi,” ujar Ace.
Ace juga enggan berandai-andai jika nanti JK ternyata maju sebagai calon presiden. Dia yakin, JK akan mempertimbangkan secara matang terkait langkah politik ke depan meski didorong partai lain untuk maju kembali.
Meski pada pilpres 2014 JK maju sebagai calon wakil presiden Jokowi tidak melalui Golkar, menurutnya kondisi itu tidak akan kembali terjadi. Sebab, saat itu kata dia, ada komunikasi yang terhambat dari Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie kepada Jokowi.
“Kalau sekarang kami paling depan. Selama ini kebijakan Pak Jokowi partai Golkar selalu diajak bicara. Saya kira konteksnya lain. Kalau dulu waktu zamannya tidak ada komunikasi secara intensif dengan Pak Jokowi,” ujarnya.
JK, sebelumnya, mengaku tidak membahas politik usai mengunjungi SBY. Menurut JK, untuk membicarakan politik dengan SBY sudah sangat telat. Kedatanganya menemui SBY hanya bersilaturahmi.
Duet JK-AHY berembus kencang setelah Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon mengatakan pilihan yang tersedia untuk JK sesuai perintah konstitusi tinggal mencalonkan diri jadi calon presiden.(CAN)
Discussion about this post