UTUSANINDO.COM,(PADANG) – Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Peribahasa ini cocok untuk menggambarkan usaha Eko Margono dan Ernawati mengumpulkan uang logam selama dua tahun hingga akhirnya total mencapai Rp 42 juta.
Saban hari, pasangan suami istri asal Madiun, Jawa Timur, ini mengumpulkan uang receh yang mereka dapat di dalam kaleng roti kering. Mulai pecahan Rp 100 sampai Rp 1.000. Mengutip Kompas.com (7/11), hasil tabungan koin itu lantas Eko dan Margono belikan motor Kawasaki Ninja 250 Fi.
Itulah salah satu kelebihan koin jika Anda kumpulkan sedikit demi sedikit. Selama ini, banyak orang yang memandang sebelah mata duit receh, terutama pecahan Rp 100 dan Rp 200.
Alhasil, bila mendapat kembalian uang logam, mereka menaruh di sembarang tempat. Padahal, uang receh yang nominalnya tak seberapa ternyata punya kelebihan lain.
Budi Rahardjo, Perencana Keuangan OneShildt Personal Financial Planning, bilang, kelebihan koin adalah: ketika berbelanja sering kali harga eceran di suatu gerai ritel modern ada nilai ratusan yang sulit untuk menggenapinya dengan pecahan uang yang lebih besar.
Nah, tak jarang uang kembali dari kasir tidak memadai lantaran keterbatasan uang pecahan kecil. Tak jarang pula, Anda jadi terpaksa membeli barang lain yang sejatinya enggak butuh-butuh amat untuk menggenapi harga barang yang diinginkan. “Dengan persediaan uang kecil, itu bisa dicegah,” kata Budi.
Kelebihan lain uang receh logam, Pandji Harsanto, Perencana Keuangan Finansia Consulting, mengatakan, tidak gampang rusak. Dibanding menyimpan uang receh berbentuk kertas, Pandji lebih senang memegang uang logam.
Memang, uang receh logam kerap memakan tempat. Dan, ukurannya yang mini membuat koin kerap tercecer di berbagai tempat.
Itu sebabnya, Budi menyebutkan, duit pecahan kecil bisa menjadi betul-betul berguna ketika dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu, misalnya, satu hingga dua bulan.
Menurut Budi, karena nilai dan bentuknya yang kecil, sebaiknya uang receh ditempatkan di dalam sebuah wadah agar tidak tercecer. Contoh, celengan, atau bekas stoples selai.
Setelah terkumpul, Anda bisa mengelompokkan berdasarkan pecahan agar nilainya menjadi besar. Misalnya, koin Rp 100 dengan jumlah 10 disatukan hingga bernilai Rp 1.000.
Bila wadah sudah penuh dengan uang receh yang telah digabung sesuai pecahan, Anda bisa menghitung ulang. “Kalau jumlahnya cukup, bisa digunakan untuk menambah tabungan atau investasi atau pos belanja rumahtangga,” ujar Budi.
Bila jumlahnya sangat banyak, untuk bisa menginvestasikan uang logam, Anda tentu harus menukarkan terlebih dahulu ke bank. Bisa juga langsung Anda masukkan ke rekening tabungan di bank.
Jika berencana membiakkan hasil mengumpulkan uang receh tersebut, Anda bisa menginvestasikan ke dalam produk yang tidak terlalu mahal. “Contohnya, membuat rekening reksadana atau tabungan rencana yang bisa dimulai dari jumlah yang kecil. Misalnya, hanya Rp 200.000,” kata Budi.
Kecuali jika ingin membeli produk investasi berupa emas, uang receh yang Anda kumpulkan bisa langsung dibawa ke toko yang menjual emas.
Target waktu
Uang receh, Pandji menyatakan, memang sebaiknya dikumpulkan. Ia pun selalu menyimpan koin yang didapat dari kembalian belanja di gerai ritel modern atau restoran. Duit logam itu lantas dimasukkan di wadah yang sengaja dia siapkan di kantor atau rumahnya. “Nanti setelah setahun dihitung. Lumayan, biasanya bisa membeli reksadana,” ucap Pandji.
Menurut Pandji, uang receh juga bisa untuk membiayai hobi. Ambil contoh, Anda senang mengoleksi jam tangan. Anda bisa mengumpulkan dana untuk membeli arloji dari hasil menabung duit logam.
Yang terpenting, Pandji mengingatkan, dalam pengumpulan duit receh adalah target waktu, bukan jumlah uangnya. “Misalnya, target pengumpulan selama satu tahun, berapapun hasilnya itu yang bisa Anda manfaatkan,” imbuhnya.
Agar orang semakin peduli dan tidak lagi memandang sebelah mata uang receh, Budi berharap, ada alat yang bisa mengubah koin menjadi voucer belanja atawa uang elektronik. Di Indonesia masih belum ditemui mesin penukar koin.
Tapi, ada sebuah aplikasi yang siap membantu Anda menyulap uang receh menjadi uang elektronik. Namanya: Littly. Tabloid KONTAN pernah mengulas platform digital tersebut di Rubrik Startup Edisi 23–29 Oktober 2017 lalu.
Littly akan menyimpan uang receh Anda menjadi uang elektronik. Kelak, Anda bisa menggunakannya untuk segala kebutuhan transaksi pembelian atau pembayaran apapun. Untuk menyimpan atau menyetor uang receh, Anda bisa datang ke toko atau lembaga sosial mitra Littly terdekat.
Budi berpendapat, aplikasi tersebut jelas bermanfaat sekali untuk memaksimalkan uang receh agar tidak terbuang percuma. “Semoga ke depan semakin banyak rekanan merchant dari startup itu. Soalnya, aplikasi ini juga sekaligus melatih individu untuk lebih menghargai uang receh,” katanya.
Sedang Pandji memandang, lebih baik lagi jika bisa mengelola sendiri uang receh. “Dikelola secara manual lebih terasa manfaatnya. Bisa digunakan investasi setelah terkumpul. Atau, bisa juga beli sesuatu yang diinginkan,” ujar Pandji.
Ya, siapa yang enggak mau membeli sepeda motor sport seperti Eko dan Ernawati dari hasil mengumpulkan uang receh. Yuk, peduli dengan duit logam pecahan kecil.( kontan)
Discussion about this post