UTUSANINDO.COM,(JAKARTA) – Ahmad Safrudin dari Komite Penghapusan Bensin Bertimbal menuturkan data pemantauan dari KLHK pada 2001-2016 menunjukkan risiko pencemaran udara.
Polusi udara Jakarta dan Palembang mengancam kesehatan para atlet Asian Games yang akan berlaga pada tahun depan.
Hal itu dipaparkan Koalisi Gerak untuk Bersihkan Udara di Jakarta pada pekan ini. Diketahui, Asian Games akan berlangsung di dua tempat yakni Jakarta dan Palembang pada 2018.
Hal itu, katanya, ditandai dengan tingginya kandungan PM10; PM2.5; SO2; O3;CO; NOx; dan Pb. Materi itu terpapar ke udara karena sumber kendaraan bermotor, kebakaran hutan dan lahan, pembangkit listrik, smelter hingga sampah.
“Kondisi kesehatan dari para atlet mancanegara yang akan bertanding di Indonesia pada Agustus 2018 nanti akan terancam oleh buruknya kualitas udara Jakarta dan Palembang,” kata Ahmad dalam keterangan bersama, Selasa (19/12).
Di Jakarta, polusi udara muncul dinilai dari kendaraan bermotor hingga PLTU batu bara yang berada di kawasan sekitar Jakarta. Sedangkan Sumatera Selatan sendiri mengalami kebakaran hutan hebat pada 2015 lalu, dan hingga kini masih ditemukan sejumlah titik api.
Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, mengatakan ancaman adalah muncul dari PLTU berbasis batu bara. Hal itu, kata dia, merupakan bagian dari rencana proyek pemerintahan Jokowi terkait dengan ketenagalistrikan sebanyak 35.000 MW.
Laporan Greenpeace mengenai polusi udara berjudul ‘Pembunuh Senyap’ yang diluncurkan tahun ini menghitung potensi dampak polusi udara Jakarta dari PLTU batu bara yang ada dan akan dibangun di sejumlah kawasan di luar ibu kota.
Laporan tersebut mencatat beberapa parameter melebihi dua kali lipat atau lebih dari standar World Health Organization (WHO).
“Bahkan di luar Jakarta, PLTU batu bara tumbuh menjadi ancaman utama bagi kualitas udara. Di Jawa Barat ada dua PLTU batu bara, yakni PLTU Cirebon 1.000 MW dan PLTU Indramayu 2×1.000MW,” kata Bondan.
Polusi Udara, ‘Pembunuh Senyap’ Kesehatan Atlet Asian GamesBatu bara digunakan sebagai bahan pembangkit listrik.
Di sisi lain, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah melakukan pemantauan kualitas udara perkotaan melalui Program Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP) di 28 kota di Indonesia pada 2016.
Hasil EKUP sebagai bagian dari Program Langit Biru Tahun 2016, menunjukkan bahwa terdapat tiga Kota Langit Biru terbaik untuk kategori kota metropolitan, yaitu kota Palembang, Semarang dan Jakarta Timur.
Melalui program EKUP, KLHK berhasil mendorong pemerintah daerah untuk membangun ruang terbuka hijau, Program Transportasi Berkelanjutan, Kegiatan Hari Bebas Kendaraan (Car Free Day) dan pembangunan jalur sepeda sepanjang 15 km di kota Palembang.
“Kota Jakarta dan Palembang dengan kualitas Langit Biru ini tentunya akan menunjang keberhasilan penyelenggaraan Asian Games 2018,” demikian keterangan resmi KLHK beberapa waktu lalu.
Badan Pusat Statistik 2015 menujukkan pertumbuhan kendaraan mencapai 12% per tahun, dengan komposisi terbesar sepeda motor. KLHK menilai hal itulah yang menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas, polusi udara dan kebisingan.
Kementerian itu menyusun Program EKUP sebagai salah satu upaya pengendalian pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor (cnn)
Discussion about this post