UTUSANINDO.COM,(PAINAN) – Sebagai daerah sentra daging sapi sapi di Sumatera Barat (Sumbar), keberadaan sapi lokal yang dikenal dengan sapi pasisia akan terus dipertahankan oleh Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel).Upaya itu musti dilakukan, sebab sapi pasisia tercatat sebagai salah satu dari lima jenis sapi asli Indonesia. Selain itu, sapi lokal yang memiliki kekhasan dan keunggulan itu, juga sengat diminati sebagai konsumsi oleh masyarakat, baik lokal maupun luar daerah.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pessel, Hazrita mengatakan, Pessel merupakan salah satu daerah pemasok daging sapi terbesar di Sumbar.
” Agar sebagai daerah pemasok juga memiliki ciri khas tersendiri, terutama pada jenis sapinya, sehingga keberadaan sapi lokal yang ada di Pessel yang juga tercatat sebagai salah satu dari lima jenis sapi asli Indonesia, harus terus dipertahankan. Langkah yang dilakukan agar hal itu tercapai adalah melalui pengembangan kawasan khusus plasmanutfha sapi pasisia,” katanya, (30/11/ 2017)
Dijelaskanya bahwa saat ini populasi sapi di daerah itu terdata sekitar 86 ribu. Dari jumlah itu yang merupakan sapi asli pasisie mencapai 65 persen. Sisanya adalah sapi simental, brahman, sapi bali dan sapi hasil perkawinan silang.
” Populasi sapi di Pessel saat ini terdata sekitar 86 ribu ekor, dimana dari jumlah itu sebesar 65 persenya adalah sapi asli pasisia. Sisanya sapi semental, brahman, sapi bali, dan sapi hasil perkaminan silang. Dari jumlah itu, yang dijual ke luar daerah mencapai sebanyak 10.500 ekor dalam satu tahun. Kebutuhan itu melonjak setiap memasuki hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri,” jelasnya.
Karena besarnya kebutuhan yang memang didukung oleh potensi serta kekhasan, sehingga sektor peternakan terutama jenis sapi lokal mendapat perhatian khusus.
” Sapi lokal Pessel diakui cukup digemari oleh para konsumen di Sumbar, dari itu perhatian khusus perlu diberikan. Baik dalam hal pembinaan maupun jaminan pasar agar usaha ini memberikan jaminan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah ini,” ungkapnya.
Dikatakan lagi bahwa saat ini Pessel sudah memiliki pasar ternak di kecamatan yang dijadikan sebagai sentra. Seperti di Kecamatan Lengayang, pasar ternak tersebut ditempatkan di Nagari Lakitan Timur. Diharapkan keberadaan pasar ternak tersebut, akan menjadi jaminan bagi masyarakat di Pessel untuk memasarkan ternaknya agar sesuai dengan harga pasar.
Kehadiran pasar ternak Pessel yang dipusatkan di nagari Lakitan Timur Kecamatan Lengayang, akan memberikan jaminan bagi masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sesuai harga pasar. Sebab di lokasi itu (pasar ternak red), pemerintah juga menempatkan petugas mengontrol aktivitas maupun harga,” terangnya.
Menyangkut perilaku dan kecendrongan masyarakat penjual ternak tanpa mempertimbangkan produktivitas dan jenis kelamin, oleh petugas selalu dilakukan sosialisasi.
Sosialisasi itu adalah dalam bentuk imbauan agar masyarakat tidak lagi menjual ternak jenis betina yang produktif. Sebab bila kebiasaan itu tidak dirubah, bisa berdampak terhadap turunan sapi khas Pessel yang sudah diakui keberadaanya.
” Kecendrungan masyarakat menjual sapi jenis betina produktif, saat ini sudah mulai ditinggalkan. Sebab kebiasaan ini bisa membuat populasi sapi khas Pessel yang dikenal dengan jawi atui, akan punah,” ungkapnya.
Ditambahkan lagi bahwa untuk menjaga kualitas dan kesehatan sapi, Disnakeswan Pessel juga menerjunkan 21 pertugas kesehatan hewan pada 15 kecamatan yang ada.(pes)
Discussion about this post