UTUSANINDO.COM,(JAKARTA) – Di ajang kompetisi tingkat dunia yang memperlombakan empat kompetisi, yaitu Debate, Writing, Scholar’s Challenge, dan Scholar’s Bowl, itu Ipeka membawa pulang dua piala, 34 medali emas dan 23 medali perak. Sekolah IPEKA kembali berprestasi dengan membawa nama Indonesia di ajang World Scholar’s Cup (WSC) di Yale, Amerika Serikat, 11-14 November 2017.
Tim putra Ipeka juga dinobatkan sebagai tim terbaik dari Indonesia. Mereka menempati peringkat kedua dari seluruh peserta asal Asia Tenggara.
Setiap tim dari berbagai sekolah dari 50 negara peserta wajib mengirimkan tiga orang. Mereka akan berlomba dalam empat area kompetisi tersebut.
Sebelumnya, tim putra dan putri Ipeka telah melewati babak regional World Scholar’s Cup di Jakarta pada Mei 2017 dan babak global di Hanoi dan Athena pada Juni – Juli 2017. Mereka kemudian berkompetisi dengan lebih dari 1.000 peserta dari 50 negara di babak Tournament of Champions di Yale University.
Tim putra yang terdiri dari Michael Leonardi, Nathanael Massie Winoto, dan Ryan Batubara meraih peringkat kelima di ajang tersebut. Sementara tim putri yang terdiri dari Alicia Sutandar, Catalina Tan dan Michele Lie, di peringkat Top 13.
Kepala Sekolah SMP Ipeka, Joshie Katherine Tan, mengatakan setelah berhasil di tingkat global round di Hanoi dan Athena, pihaknya mengevaluasi winning profile setiap anak dan mempersiapkan mereka untuk tampil di Yale.
“Kami berusaha agar setiap anak bisa mempertahankan keunggulannya masing-masing dan menyempurnakan apa yang masih menjadi kelemahan mereka agar bisa mencapai hasil maksimal. Selain top tim, mereka juga masuk dalam top scholars,” ujar Katherine, Jumat (24/11/2017).
Nathanael Massie Winoto, peraih medali emas kategori debate, mengatakan ajang WSC bukan persoalan membawa piala, tapi juga membawa pulang beragam pengalaman berharga bagi dirinya dan anggot tim.
“Yang saya suka dari debat ini adalah bukan semata tentang pemikiran fakta atau argumentasinya, tetapi juga cara menyampaikan pemikiran tersebut dalam cara yang kreatif dan menyenangkan,” kata Nathanael.
Lebih dari itu, lanjut dia, topik debat di kompetisi ini juga sangat beragam. Hal tersebut membutuhkan pemikiran kritis untuk membangun argumentasi kuat.
“Yang paling penting ajang ini menunjukkan bahwa anak Indonesia juga mampu bersaing di tingkat Internasional,” ujarnya.
Alicia Sutandar, peraih emas pada di kategori writing menuturkan bahwa pada kategori ini yang dibutuhkan dirinya adalah persuasive writing. Jika dalam debat harus meyakinkan pokok pikiran, dalam kompetisi menulis pun begitu.
“Saya piliha format creative writing, yaitu membuat cerita daripada membuat format esai sehingga kreativitas bisa tampil beda dibanding peserta lainnya,” katanya.( sumber: kompas.com)
Discussion about this post