UTUSANindo.com,(PADANG) – Menopause sendiri merupakan kondisi di mana seorang wanita telah berhenti menstruasi selama 12 bulan berturut – turut. Pendarahan yang terjadi pada organ intim setelah menapause dapat merupakan satu pertanda adanya gangguan medis yang serius.
Secara umum, setiap wanita yang menginjak dewasa akan menemui ‘tamu bulanan’ yang dinamakan haid atau menstruasi. Setelah wanita menginjak usia senja, antara 45 hingga 50 tahun haid akan berhenti dan itulah yang dinamakan menopause. Artinya, dalam rentang umur itu, adalah masa menopause yang notabene siklus haidnya tak lagi aktif.
Lantas, dari sisi umur, apakah saat usia senja darah haid masih keluar? Apakah darah yang keluar dalam usia itu dikategorikan sebagai darah haid?
Apabila dalam masa menopause timbul bercak darah, atau perdarahan melalui vagina, Anda sebaiknya segera memeriksakan ke dokter kandungan. Perdarahan pada masa menopause selalu dicurigai penyebabnya adalah kanker endometrium atau kanker rahim. Walaupun tidak mesti dicurigai kanker, karena bisa saja penyebabnya adalah polip dalam rahim (jinak), namum untuk memastikannya sebaiknya dilakukan pemeriksaan.
Jika memang terdiagnosa kanker, dan masih dalam stadium awal, yaitu sel kanker hanya ditemukan di rahim saja, tidak di leher rahim, tidak menyebar ke usus, hati dan organ lain, maka angka harapan hidupnya sangat baik.
Dikutip dari situsWebMD, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya pendarahan dari vagina pascamenopause. Yaitu, pertama Atrofi Vagina: peradangan dan penipisan jaringan lapisan saluran vagina, polip pada rahim atau vagina. Kedua, Atrofi Endometrium: lapisan rahim radang dan terkikis disebabkan oleh kadar estrogen yang melemah. Ketiga, Hiperplasia Endometrium: penebalan pada lapisan rahim, kanker endometrium, kanker Serviks.
Sebaiknya, Anda menemui dokter spesialis kebidanan dan kandungan, untuk mendiskusikan masalah ini lebih lanju. Dokter kemungkinan akan melakukan beberapa macam pemeriksaan yang meliputi: pemeriksaan fisik, tes darah, USG khusus obsgyn, dan papsmear. Sehingga penyebab pasti dari keadaan yang dialami Anda diketahui, dan akhirnya penanganan yang tepat dapat diberikan.
Apa penyebabnya? Sejumlah kondisi dapat menyebabkan pendarahan pascamenopause:
Pertama, Polip: pertumbuhan jaringan ini muncul di dalam rahim atau kanal serviks Anda, atau di leher rahim Anda. Mereka biasanya bukan kanker, tapi bisa menyebabkan bintik-bintik, pendarahan berat, atau pendarahan setelah berhubungan seks.
Kedua, Atrofi endometrium (penipisan lapisan rahim): Endometrium adalah jaringan yang melapisi rahim Anda. Ini merespons hormon seperti estrogen dan progesteron. Kadar hormon yang rendah setelah menopause bisa menyebabkana menjadi terlalu kurus. Hal ini dapat memicu pendarahan.
Ketiga, Endometrial hyperplasia (penebalan lapisan rahim): Setelah menopause, Anda mungkin memiliki terlalu banyak estrogen dan terlalu sedikit progesteron. Akibatnya, endometrium menjadi lebih tebal dan bisa berdarah. Terkadang sel di endometrium bisa menjadi abnormal. Hal ini bisa menyebabkan kanker, jadi biasakan perawatannya sesegera mungkin.
Keempat, Atrofi vagina (penipisan jaringan vagina): Estrogen membantu menjaga jaringan ini tetap sehat. Setelah menopause, kadar estrogen yang rendah dapat menyebabkan dinding vagina Anda menjadi kurus, kering, dan meradang. Itu sering menyebabkan perdarahan setelah berhubungan seks.
Kelima, Kanker: Pendarahan adalah gejala paling umum kanker endometrium atau rahim setelah menopause. Bisa juga menandakan kanker vagina atau serviks.
Keenam, Penyakit menular seksual: Beberapa, seperti klamidia dan gonore, dapat menyebabkan bercak dan berdarah setelah berhubungan seks. Herpes luka juga dapat berdarah.
Ketujuh, Pengobatan: Pendarahan sering merupakan efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti terapi hormon, tamoxifen, dan pengencer darah.
Discussion about this post