UTUSANINDO.COM,(MANADO) – Sekelompok masyarakat menolak kedatangan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (13/5). Massa menggelar aksi di Bandara Sam Ratulangi, Manado hingga kantor gubernur Sulut.
Kepala Bidang Humas Polda Sulut Kombes Ibrahim Tompo mengatakan, massa berkumpul berdasarkan spontanitas. Bukan massa dari organisasi kemasyarakatan apa pun. “Cuma didasarkan hasil media sosial untuk mengajak masyarakat menolak kedatangan Fahri Hamzah karena dianggap intoleran,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Sabtu (13/5).
Dia menjelaskan, sekitar pukul 09.00 waktu setempat massa sudah berdatangan ke bandara. Total massa, kata dia, diperkirakan mencapai 2000. Sekitar pukul 10.30, pesawat yang ditumpangi Fahri dan rombongan tiba di Bandara Sam Ratulangi. “Walaupun ada unjuk rasa kegiatan yang bersangkutan tetap berjalan. Kegiatannya tetap berjalan di kantor gubernur saja,” ujar Ibrahim.
Namun, Ibrahim mengatakan, aksi massa di kantor gubernur sempat anarkis. Menurut dia, massa melakukan pelemparan. Aksi itu berhasil diredakan petugas. “Kami menggunakan peringatan dengan peluru hampa dan gas air mata,” katanya.
Dari aksi itu, kata dia, tiga personel Polri mengalami luka karena lemparan batu. Sementara dari masyarakat belum diketahui apakah ada yang luka atau tidak. Setelah acara selesai di kantor gubernur, Fahri Hamzah kembali ke Bandara Sam Ratulangi dan take off ke Jakarta. “Saat ini situasi sudah terkendali,” tegasnya.
Seperti diketahui, kedatangan Fahri Hamzah ke Manado dalam rangkaian dialog kebangsaan yang digelar Alumni Kammi di kantor gubernur Sulut. Selain Fahri, Gubernur Sulut Olly Dondokambey juga menjadi pembicara di acara yang mengangkat tema ‘Kepemimpinan Muda yang Bersih dan Antikorupsi’.
Kegiatan itu dihadiri sekitar seratus tokoh masyarakat, pemuda dan tokoh agama. Fahri menyatakan bahwa bangsa ini harus berjuang bersama untuk melawan seluruh provokasi dan kebencian. “Kita semua cinta Indonesia. Kita bisa berjalan bersama sebagai bangsa, karena hidup dengan semangat toleransi, kebinekaan dan kebersamaan,” kata Fahri.
“Dunia ini tidak stabil. Dan bangsa Indonesia tidak boleh jadi tidak stabil,” tegasnya.
Dikatakan, media sosial saat ini telah menjadi pemicu konflik, dan ini menjadi ujian bagi seluruh anak bangsa.
Padahal, agama yang punya otoritasnya masing-masing tidak boleh dicampur-adukkan. “Kalau uztaz bicara dalam masjid, pendeta bicara di dalam gereja, kan dia bicara tentang wilayah privat. Tapi begitu mulai di-upload (di medsos, red), ruang privatnya terbuka,” ungkapnya.
Agama yang privat tidak bisa terintervensi atau pun ditekuk oleh negara. Sebab, iman butuh pertanggungjawaban yang sangat privat.
“Agama bukan penyebab konflik, politik yang jadi penyebab konflik,” katanya. Karena itu, ia berharap Sulawesi Utara yang telah menjadi salah satu ikon kerukunan tetap menjaga kontinuitas yang telah tercipta. “Semoga Sulut tetap menjadi contoh,” pungkasnya.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan yang sudah tercipta di Sulut selama ini.(jpnn)
Discussion about this post