UTUSANINDO.COM,(JAKARTA)- Konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) harus membebaskan 650 hektare lahan dengan biaya Rp 4–5 triliun. Antara lain lahan pengganti untuk proyek kereta ringan Jabodetabek, karena trase kereta cepat menabrak trase kereta ringan di Cikunir, Bekasi. Trase kereta ringan lebih dulu ada dari kereta cepat.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) optimistis pembebasan lahan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dapat segera selesai.
“Untuk tanah yang di Halim itu sudah dibawa ke rapat terbatas di Istana dan Presiden sudah mengarahkan sehabis tahun ini bisa kita buka,” kata Direktur Utama WIKA Bintang Perbowo saat ditemui di kantornya di Cawang, Jakarta Timur, Kamis, 22 Desember 2016.
Sebelumnya, diketahui terdapat kendala penggunaan lahan TNI Angkatan Udara di Halim untuk trase kereta cepat.
Perseroan juga harus membebaskan 500 hektare tanah milik masyarakat dan perusahaan di Karawang dan Purwakarta. Lahan seluas 55 hektare hutan produksi milik Perum Perhutani di Karawang dan 1,5 hektare di Purwakarta juga mesti diganti. Untuk mengganti lahan Perhutani, KCIC mesti menyediakan 110 hektare lahan.
“Untuk di Karawang ada 10 persen lagi, tapi kepemilikannya cuma pada 1–2 perusahaan dan sudah sampai tahap negosiasi,” kata Bintang.
Direktur Operasional I WIKA Gandira Gutawa mengklaim saat ini pembebasan lahan sudah mencapai 82 persen. Proses konstruksi pengerjaan sipil pun akan mulai berjalan pada awal tahun depan.
”Kami sekarang sudah mulai pengerjaan tanah di lahan yang sudah bebas dan sudah dimulai di Walini,” ucap Gandira.
Perseroan juga menargetkan proyek kereta cepat bisa rampung pada pertengahan 2019.Dari total proyek sepanjang 140 km.
Gandira mengatakan pihaknya mendapat bagian fondasi hingga tiang atau sebesar 30 persen dari total pembangunan. Sedangkan sisanya merupakan tanggung jawab konsorsium konstruksi dari Cina. “Desain secara paralel semua sudah siap, kita progres saat ini sudah mulai pengerjaan tanah di 300 titik.”ujarnya. ( T )
Discussion about this post