UTUSANINDO.COM,(JAKARTA)- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk secara konsisten mencatatkan kinerja yang cemerlang sepanjang 2016. Di bulan kesembilan tahun 2016, nilai aset bersih dari portofolio investasi Saratoga tumbuh 36% ke Rp 18,5 triliun, dikontribusikan oleh fluktuasi harga pasar dari investasi yang terdaftar dan penambahan investasi baru.
Fundamental bisnis yang kuat dipadukan dengan perkembangan sektor sumber daya alam dan konsumer memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan investasi Saratoga, seperti yang tercermin dalam kenaikan harga saham portofolio perusahaan investasi Saratoga yang terdafatar, terutama PT Adaro Energy Tbk. (kode saham: ADRO) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (kode saham: MPMX). Sepanjang kuartal ketiga, kedua perusahaan investasi itu saja mampu mengkontribusikan pertambahan nilai investasi sebesar Rp 2,4 triliun bagi Saratoga.
Di kuartal ketiga tahun 2016, Saratoga juga menerima pendapatan dividen sebesar Rp 233 miliar dari perusahaan-perusahaan investasinya, yaitu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (kode saham: TBIG) dan PT Provident Agro Tbk. (kode saham: PALM). Pendapatan dividen yang diterima pada sembilan bulan pertama 2016 dengan total sebesar Rp 462 miliar ini melebihi total beban usaha dan biaya bunga Perusahaan tahun ini.
Presiden Direktur Saratoga Michael W.P. Soeryadjaya mengatakan bahwa kinerja Saratoga yang solid di sembilan bulan pertama tahun 2016 menggambarkan fundamental perusahaan yang kuat dan model bisnis yang solid dari perusahaan-perusahaan investasi.
“Strategi investasi yang dilakukan Saratoga di sektor-sektor strategis menjadi katalis utama pertumbuhan investasi perusahaan hingga kuartal III 2016. Kami percaya dengan prospek ekonomi Indonesia yang semakin membaik akan berdampak positif pada investasi Saratoga dalam jangka panjang,” jelas Michael.
Direktur Keuangan Saratoga Jerry Ngo mengatakan sebagai perusahaan investasi yang aktif, Saratoga dengan prinsip kehati-hatian berhasil menangkap potensi peluang pertumbuhan bisnis yang tinggi. Setelah merampungkan proses due diligence yang matang, perusahaan memutuskan untuk melakukan investasi di PT Famon Awal Bros Sedaya (FABS), grup bisnis yang saat ini memiliki dan mengelola empat (4) rumah sakit terkemuka di Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Makasar di bawah bendera RS Awal Bros.
“Investasi di industri kesehatan ini merupakan salah satu strategi Perusahaan untuk memperkuat portofolio investasi kami di sektor Konsumer, serta sejalan dengan upaya Saratoga untuk turut memperkuat layanan kesehatan yang berkualitas dan mendukung program pemerintah untuk meningkatkan layanan kesehatan nasional,” kata Jerry.
Kinerja Perusahaan Investasi
Di sektor Sumber Daya Alam, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan pendapatan operasional EBITDA sebesar US$ 397 juta. Pencapaian ini menunjukkan kemampuan Adaro dalam mencetak laba dan membukukan posisi keuangan yang solid di tengah iklim pasar yang penuh tantangan. Seiring dengan pengembangan strategi perusahaan ke dalam sektor kelistrikan, ditambah dengan harga batu bara yang terus menguat, harga saham Adaro naik dari Rp 850 menjadi Rp 1.205 per saham dalam kurun waktu Juni-September 2016.
Di sektor Infrastruktur, kinerja PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) mencatatkan pendapatan EBITDA sebesar masing-masing Rp 1,8 triliun dan Rp 1,6 triliun, di semester I 2016. Kinerja yang solid ini didorong oleh perkembangan-perkembangan signifikan dalam permintaan tower dan co-location dari pelanggan di tahun ini.Di sektor Konsumer, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) terus memperkuat lini bisnisnya. Anak perusahaan distribusi roda dua dan roda empat serta retail mengalami pertumbuhan volume yang positif di tengah-tengah perlambatan industri. Anak perusahaan MPMX di bidang Konsumer, PT Federal Karyatama yang memproduksi oli merek Federal Oil dan Federal Mobil saat ini tengah dalam tahapan penyelesaian pabrik oli baru dengan kapasitas produksi mencapai 100 juta liter per tahun yang ditargetkan untuk mulai berproduksi di akhir tahun 2016.
Catatan untuk Perubahan Tampilan Pernyataan Keuangan
Tahun 2016 adalah tahun transisi bagi Saratoga yang mulai menerapkan nilai wajar terhadap aset-aset investasinya sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 65: Pengecualian Konsolidasi”. Perubahan ini dimaksudkan untuk memberikan representasi yang lebih memadai atas kinerja underlying perusahaan dan model bisnisnya yang unik. Sesuai dengan PSAK, perubahan ini diterapkan secara prospektif (berlaku ke depan), maka laporan kinerja keuangan Perseroan di 2016 tidak dapat dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2015.
SUMBER: Saratoga.com
Discussion about this post